Sabtu, 02 Oktober 2010

5 Sebab agar dapat dipercaya orang lain



Karena dipercaya orang lain itu penting, maka sangat penting bagi anda untuk mengetahui dan melakukan prinsip dipercaya orang lain. Saya memilih lima prinsip agar kita bisa dipercaya orang lain, yaitu:

1. Percaya Diri
Percaya pada diri sendiri penting agar anda bisa dipercaya orang lain. Bagaimana mungkin orang lain akan percaya pada anda bila anda sendiri tak percaya pada diri anda sendiri. Di bab yang membahas keyakinan, saya telah membahas tentang hal ini.

2. Mentalitas Kuat (Semangat, Disiplin, Integritas)
Mentalitas adalah dasar kuat agar anda bisa dipercaya oleh orang lain. Maka bangunlah kualitas-kualitas pribadi yang hebat. Jadilah orang yang semangat setiap saat. Jadilah disiplin dalam hidup. Jadilah pribadi yang penuh integritas.

Nabi Muhammad mendapat gelar Al-Amin (Yang Dapat Dipercaya) dari masyarakatnya. Kenapa? Karena ia memang layak untuk itu. Ia pribadi yang jujur dan penuh integritas. Setiap amanah (kepercayaan) yang diberikan orang lain, ia tunaikan dengan baik. Bila berjanji, ia selalu penuhi. Bila berkata-kata, ia tak pernah bohong.

Apakah orang lain akan percaya pada anda bila anda tak disiplin? Bisakah anda dipercaya bila anda terlihat loyo dan tak bersemangat? Mungkinkah anda dipercaya bila anda tak jujur dan tak berintegritas (kata-kata dan tindakan anda berbeda)? Tidak! Itulah sebabnya mengapa mentalitas penting bagi anda yang ingin dipercaya.

3. Kompeten
Kepercayaan orang lain pada anda diraih karena anda kompeten. Anda memiliki kompetensi / keahlian dalam bidang tertentu yang berguna untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dengan begitu, anda menjadi pribadi yang dapat diandalkan oleh orang yang mempercayai anda.

Anda boleh saja percaya diri, bermental baik dan kuat, tapi bila tidak memiliki kompetensi apapun, maka anda hanya akan dipercaya pada tingkatan yang tidak tinggi. Anda diserahi tanggung jawab yang kecil.
Di perusahaan ada manajer dan satpam. Kompetensi manajer jelas lebih dibanding satpam. Karena itu, meski keduanya sama-sama dipercaya, tapi punya posisi yang berbeda. Posisi manajer lebih tinggi dari satpam. Karena posisi lebih tinggi, maka kualitas hidup yang diraih pun lebih tinggi pula.

Maka jadilah pribadi yang kompeten. Belajar lah dengan fokus pada kompetensi tertentu. Jadilah ahli di bidang itu. Dengan begitu, anda akan mendapat kepercayaan dari banyak orang.

4. Prestasi
Pak Fadel Muhammad menjadi Gubernur Gorontalo dalam dua periode karena prestasinya. Kompetensi yang ia miliki digabung dengan kompetensi seluruh timnya dirubah menjadi prestasi kerja yang gemilang. Maka ia pun dipercaya oleh rakyat Gorontalo. Prestasinya bicara sangat lantang.

Para atlet benar-benar merasakan betapa pentingnya prestasi bagi diraihnya kepercayaan. Ketika negara memilih atletnya untuk mewakili di tingkat internasional, maka negara memilih atlet yang prestasinya paling gemilang.

Ketika perusahaan akan mengisi sebuah jabatan tertentu, maka prestasi kerja dari para kandidat pejabat menjadi kunci utama. Siapa yang berprestasi punya peluang besar untuk mendapat promosi.

5. Komunikasi
Apa pentingnya komunikasi dalam meraih kepercayaan orang lain? Sangat penting. Anda bisa sangat berprestasi. Tapi bila komunikasi anda buruk, maka prestasi anda tak terlihat istimewa. Tapi bila komunikasi anda hebat, maka hal yang biasa-biasa saja bisa terkesan hebat.

Apalagi bila prestasi tinggi digabung dengan komunikasi yang tepat. Maka kepercayaan akan dengan mudah dan cepat diraih. Presiden Barack Obama membuktikan itu. Prestasinya hebat. Komunikasinya mumpuni. Maka ia bisa menjadi presiden Amerika pertama yang berketurunan negro.

Komunikasi memang bisa membuat hal biasa terlihat hebat. Tapi sampai kapan? Maka gabungkan lah prestasi dan komunikasi. Bila selama ini prestasi kerja anda sudah hebat, tapi kualitas hidup anda biasa-biasa saja, mungkin anda harus mengkomunikasikan prestasi hebat kerja anda dengan lebih baik. Maka bukan hanya kesan baik yang didapat, tapi benar-benar kepercayaan penuh.

Remaja Islam, Remaja Pejuang




dikutip dari catatan Priscilla “haura Humaira” Auldrine , Jimbaran, Bali

Islam adalah satu-satunya dien yang diridhoi oleh Allah. Karena dien ini murni berasal dari Allah, maka banyak banget hal-hal yang selaras dengan fitroh manusia. Misalnya saja fitroh manusia untuk tampil berani dan anti pengecut. So, Islam menciptakan banyak sosok-sosok pejuang berjiwa pahlawan ketika keimanan itu benar-benar meresap dalam diri.

Tak terhitung banyaknya pejuang, pahlawan, syuhada, hero, atau apa pun sebutan mereka yang rela berkorban jiwa raga demi kejayaan Islam saja. Kamu pernah dengar motto ‘Hidup Mulia atau Mati Syahid’? Yupz…motto ini keren banget. Pilihan yang ada sama-sama oke, baik dalam kondisi hidup ataupun mati. Hidup seorang muslim itu harus mulia, tidak boleh terhina sedikit pun juga. Ketika kemuliaan hidup itu tidak didapatkan, maka pilihan mati pun bukan sia-sia tapi menjemput kesyahidan. Yang namanya syahid tentu saja surga donk imbalannya. Keren banget kan?

Kedua pilihan dalam motto di atas, terkandung makna dalam banget tentang aktifitas yang harus dilakukan oleh manusia yaitu berjuang. Berjuang untuk menjadi mulia dalam hidup atau syahid ketika memang ‘harus’ mati. Mulia dalam konteks ini bukan berarti seseorang yang kaya raya, rumah mewah dan jabatan bergengsi. Mulia disini maksudnya adalah mulia dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan. Mulia ketika manusia itu hanya tunduk dan taat pada aturan Allah saja.

Pilihan kedua yaitu mati syahid. Kesyahidan disini bukan berarti bebas mengebom rakyat yang tak berdosa seperti yang banyak terjadi di negeri-negeri muslim. BUKAN. Itu mah salah sasaran. Kalo mau ngebom, tempat yang tepat adalah ke Israel yang telah merampas Palestina dan membunuhi banyak kaum muslimin disana, atau kerap dilakukan mujahidin di chechnya dan negeri muslim yang sedang di invasi AS dan sekutunya. Tapi bukan di Indonesia dan mayoritas negeri muslim yang bukan area perang, maka gak boleh donk seenaknya mengebom dan membunuh rakyat sipil.

Kesyahidan disini adalah syahid dalam rangka memperjuangan kembalinya kehidupan Islam yang akan menjalankan seluruh syariat Islam dalam naungan Daulah Khilafah. Loh, yang namanya syahid ya pasti berjihad donk, mungkin itu pikiran kamu. Mana bisa disebut mati syahid kalau bukan berjihad dalam makna perang? Ada hadits Rasulullah SAW yang menyatakan “Penghulu syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, dan orang yang berkata di hadapan seorang penguasa yang zalim, lalu dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan melarangnya (terhadap kemunkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.” (H.r. al-Hakim)

Wah…ternyata memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar di hadapan penguasa yang dzolim bisa meraih ‘gelarl syuhada loh.

Dan aktifitas tersebut ada pada yang namanya berdakwah alias menyeru atau mengajak. Jadi, sebagai remaja muslim, kamu kudu rajin mengajak teman-temanmu, keluargamu, guru-gurumu dan siapa saja untuk berbuat makruf dan menjauhi kemungkaran.

Sejak dini, Islam memang mengajarkan pemeluknya untuk menjadi sosok pejuang yang tangguh. Terbukti kan tidak ada alternatif ketiga misalnya untuk menjadi pengecut dengan hidup penuh kehinaan, apalagi mati sebagai pecundang. Ih…naudzubillah. So, tanamkan dalam diri kamu wahai remaja Islam bahwa menjadi pejuang adalah satu-satunya pilihan untuk menempuh kemuliaan hidup atau berkalang tanah dengan predikat syuhada, insya Allah ^_^

Menghapus dosa-dosa

Maukah aku beritahu apa yang dapat menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?"
Para sahabat menjawab: "Baik ya Rasulullah." Beliau berkata, "Berwudhu dengan
baik, menghilangkan kotoran-kotoran, banyak langkah diayunkan menuju mesjid, dan
menunggu shalat (Isya) sesudah shalat (Maghrib). Itulah kewaspadaan
(kesiagaan)."... (HR. Muslim)

Malaikat Jibril

Sesungguhnya malaikat Jibril membisikkan dalam benakku bahwa jiwa
tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah
kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya
rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada
Allah karena apa... yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan
kepada-Nya.(HR. Abu Zar dan Al Hakim)

Astagfirullahal'azhiim Alladzii laa ilaaha illaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilai

Astagfirullahal'azhiim Alladzii laa ilaaha illaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilai.Ya Allah Ampunilah dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa anak-anak kami , jadikanlah anak-anak kami yang berperilaku sholeh dan sholeha yang dapat menjaga kehormatan keluarga dan kelak dapat kami harapkan do'a dari mereka karen...a dari do'a merekalah kami Insya Allah dapat terhindar dari siksaanMu. Amin

Nikmat Allah

Ketika kita meminta Allah menukar ibadah kita dengan sejimpit rizki
Maka hanya sebesar itulah yang kita peroleh
Jangan pernah berhitung dengan Allah atas apa yang akan diberikan Allah atas ibadah kita
Maka Allah akan memberikan Alam semesta kepadamu

Gagal

Tidak pernah ada kata gagal bagi setiap muslim yang tawwakal
yang ada adalah keberhasilan yang diberikan Allah berbeda dengan yang kita inginkan
tidak semua yang menurut kita baik, baik juga menurut Allah

Jgn pernah mengeluh

Jangan pernah mengeluh atas apa2 yang diberikan Allah kepadamu
kabarkan kepada Nya bahwa engkau ikhlas dan bersyukur atas segala keputusan Nya

AlQuran, Sumber Inspirasi Sains Islam




“Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Demikian arti dari Q.S Al Alaq ayat 3-5.

Merupakan anugerah terbesar yang sangat berharga bagi umat islam ialah Alquran. Tidak hanya petunjuk yang menuntun manusia menuju Rab-Nya, tetapi juga kandungan yang ada didalamnya­- bila dilihat dari aspek tinjauan sains- memiliki nilai yang sangat tinggi. Sains yang berlandaskan nilai-nilai islam harus berlandaskan Alquran sebagai referensi utama.

Alasan logisnya, Alquran kurang lebih mengandung ayat kauniyah sebanyak 800 ayat telah mencukupi kuota untuk memenuhi khasanah pengetahuan ciptaan Sang Khaliq melalui sains. Ayat kauniyah sendiri merupakan ayat yang berkaitan dengan alam semesta. Tentunya, Allah tidak memasukkan ayat-ayat kauniyah dalam Alquran melainkan menjadi bekal pembelajaran dan inspirasi bagi manusia yang hendak mendalami sains islam.

Pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya inilah yang kemudian disusun menjadi suatu bentuk yang berpola. Setelah berbagai butir pengetahuan itu dikumpulkan dalam suatu bentuk yang teratur, kumpulan itu disebut aqliah atau falsafiyyaah, yaitu ilmu atau sains (Andi Hakim, 2008). Dan Allah menghendaki bahwa sains yang dibangun tetap mematuhi sunnatullah yang telah ditetapkan Allah. Selain itu Tujuan sains islam untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip Illahi (Agus P, 2008).

Beberapa ayat yang dapat menjadi inspirasi sains beberapa disiplin ilmu seperti fisika, biologi, astronomi, kedokteran yang telah berkembang begitu pesat. Misalnya, “Dan kami meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)…” dalam surat Al Hijr 15:22. “Dan sesungguhnya menciptakan gugusan bintang-bintang (dilangit)..”.dalam surat Al Hijr 15: 16. Maka bintang-bintang itu “Sebagai penunjuk jalan…”An Nahl 16:16. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”, dalam surat Al Alaq 96:2.

Beberapa ayat diatas sangat memberikan inspirasi bagi ilmuwan-ilmuwan yang hendak mendalami sains. Hasilnya, pada tahun 1979 ketika itu Abdus Salam, ilmuawan Muslim peraih Nobel dalam bidang fisika teori, menuturkan dalam pidato penganugerahan Nobel Fisika di Karolinska Institute, Swedia. Di forum tersebut, ia mengaku bahwa riset itu didasari oleh keyakinan terhadap kalimah tauhid. “Saya berharap Unifying the Forces dapat memberi landasan ilmiah terhadap keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa,” kata penulis 250 makalah ilmiah fisika partikel itu. Dan dia juga menuturkan ketika menghadiri sidang UNESCO di Paris, 1984, “Saya muslim karena saya percaya dengan pesan spiritual Alquran. Alquran banyak membantu saya dalam memahami hukum alam, dengan contoh-contoh fenomena kosmologi, biologi dan kedokteran sebagai tanda bagi seluruh manusia”.

Dari teori yang ditemukan Abdus Salam itu mengispirasi ilmuwan setelahnya seperti Stephen Hawking dengan Theory of Everything dan yang dicanangkan ilmuwan AS, Grand Theory (GT). Para fisikawan dan kosmolog dunia kini berambisi untuk menjelaskan rahasia penciptaan alam semesta dalam satu teori tunggal yang utuh. Ujung-ujungnya suatu saat akan terbukti bahwa permulaan penciptaan alam semesta berasal dari sesuatu yang satu. Mirip dengan apa yang difirmankan Allah dalam Alquran, “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi dulu keduanya adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segalanya sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” dalam surat Al Anbiya’ 21:30.

Sesungguhnya dengan mempelajari Sains yang berlandaskan Alquran, umat islam sedang mengemban tugas yang mulia. Bahkan, Allah telah memudahkan kepada umat islam dengan memberikan inspirasi-inspirasi yang dikandung dalam Alquran. Hanya saja dengan usaha keras mempelajarinya ilmu itu akan dapat dipahami, dan ditemukan. Karena, Allah berkehendak meninggikan derajat orang yang beriman dan mau mempelajari ilmu, pengtahuan/sains. Baik dihadapan seluruh manusia ataupun dihadapan Allah swt. Semoga.

Waktu dan Tempat Keluarnya Dajjal





Mengenai penjelasan tentang kapan dan dari arah mana Dajjal akan keluar, maka riwayat-riwayat yang ada tidak memberikan informasi yang pasti. Hadist Tamim Ad Dari yang diriwayatkan oleh Fatimah binti Qais menjelaskan posisi Dajjal berada di laut yaman. Sedangkan janji Rasulullah saw tentang tempat keluarnya Dajjal adalah di wilayah Khurasan. Sehubungan dengan banyaknya riwayat yang menunjukkan tempat keluarnya Dajjal yang berbeda satu sama lainnya, maka hal itu sangat tepat jika dikompromikan dengan riwayat-riwayat yang menjelaskan kemampuan Dajjal yang di luar kebiasaan manusia.
Keluarnya Dajjal untuk yang pertama kali adalah untuk unjuk kekuatan, membuat fitnah dan talbis, mencari pendukung, dan menebar propaganda bahwa dirinya adalah manusia baik dan bijaksana. Selama masa ini Dajjal mendapatkan kemenangan dan banyak mengalahkan musuh-musuhnya. Jika merujuk pada beberapa riwayat yang ada, maka kemenangan Dajjal adalah karena kehebatannya menampakkan syubhat dan penyamaran di depan manusia, sehingga dengan semua syubhat dan talbis yang ditampakkannya, banyak sekali dari manusia yang takluk dengan propagandanya.
Periode pertama keluarnya Dajjal berlangsung cukup panjang. Jika merujuk pada pendapat yang menyatakan bahwa Ibnu Shayyad adalah Dajjal, maka sejak saat itu Dajjal telah keluar. Ada riwayat yang menunjukkan bahwa ia keluar selama 40 hari, akan tetapi hari pertamanya bagai 1 tahun, hari keduanya bagai 1 bulan dan hari ketiganya bagai satu pekan. Kemudian sisa-sisa hari lainnya sebagaimana hari-hari dunia lainnya. Selama masa inilah banyak kaum muslimin yang murtad dan menjadi pendukung Dajjal.
Adapun keluarnya Dajjal yang kedua kalinya, adalah pada pertempuran terakhir antara Dajjal dan kaum muslimin dan itu terjadi setelah kedatangan Al-Mahdi. Pendukung Dajjal saat itu bukan lagi para yahudi yang tinggal di israel. Mungkin saja yahudi israel itu sudah dikalahkan oleh kaum muslimin saat penaklukan Baitul Maqdis oleh Al-Mahdi. Pendukung Dajjal adalah yahudi asbahan yang tinggal di sebuah perkampungan yahudiyyah. Jumlah mereka sebanyak 70.000 orang, semua menggunakan seragam yang sama.

Rabu, 15 September 2010

Dia begitu Muda… Dia berani Berbicara…

Sebut saja namanya Wandy. Dia masih begitu muda, usianya mungkin belum menginjak 30 tahun. Tapi tulisan, membuat saya termenung sejenak. Saya tidak tahu apakah dia mengadopsi dari beberapa sumber… atau tulisan ini memang murni karena pemikirannya. Saya hanya bertanya-tanya, apa yang ada di benaknya ketika menulis ini… Mungkin lebih baik, tulisannya kita baca dahulu…
Selalu saja ada celah dalam hukum (fiqh) yang menjadi ruang bagi ‘kreativitas’ dan akal bulus kaum pencinta kemudahan. Bukan karena Sang Pencipta hukum itu lemah atau lalai, sehingga menyisakan celah-celah kecil tempat bersemainya bibit kemunafikan itu, namun inilah mihnah, ujian keimanan. Dari milestone inilah kemudian manusia terbagi menjadi tiga golongan;
1. 1. penganiaya diri sendiri (dzhalimun linafsihi),
2. 2. kelompok antara (muqtashid),
3. 3. para penghulu kebaikan (sabiqun bil khairaat).
Kelompok pertama adalah para pemuja hawa nafsu. Hatinya tak setitik jua mengandung noktah ketaatan, logikanya adalah logika pembangkangan, strateginya adalah keculasan. Maka aturan langit pun menjadi sesuatu yang dianggap profan sehingga dengan mudahnya diputarbalikkan. Lihatlah para budak syahwat ini berdalil dengan fasihnya bahwa menutup aurat adalah setakat budaya, bahwa tak mengapa berzina asal menggunakan kondom hingga tak bersentuhan kulit khatan, atau soal halalnya alkohol di suasana chilly. Mereka juga yang berargumen betapa mengharamkan rokok adalah gerbang kehancuran ekonomi bangsa. Lupakah mereka bahwa kerugian bangsa ini oleh erosi kesehatan yang diakibatkan benda haram sembilan senti itu bisa berpuluh kali lipat nominalnya? Orang-orang ini, entah dari persilangan genetik yang mana, telah mewarisi darah Yahudi yang dahulu mencoba mengakali Allah tentang larangan hari Sabat, dengan memasang jaring keramba di hari Jum’at. Inilah kelompok penganiaya diri, menukarkan kesenangan sesaat dengan siksaan yang abadi.
Kelompok kedua adalah generasi serba tanggung, shalih tidak, thalih juga tidak. Sesekali mereka berbuat dosa dan menabrak aturan, sesaat kemudian tertegun, lalu menangis menyesali perbuatannya. Inilah tipologi kaum lemah iman, yang memadu pahala dan dosa dalam satu rongga dada. Seusai shalat shubuh mereka menonton tayangan ghibah, mereka berjilbab tapi ikhtilath, berjanggut namun genit, lantang bertakbir namun fasih pula berlama-lama dalam interaksi tak penting dengan lawan jenis yang ajnabi.Sungguh tersiksa batin yang hidup dalam kondisi demikian. Jiwa yang terus menerus dalam penyesalan (nafsu allawwaamah), terjebak antara perasaan hina dan keinginan menjadi mulia. Pribadi-pribadi seperti ini senantiasa terkungkung dan terpenjara dalam dimensi dirinya sendiri. Tak usahlah diajak berpikir dan bercita-cita besar, toh mereka masih belum selesai berurusan dengan aneka persoalan remeh-temeh; virus merah jambu, jiwa pedantic (hubbu azhzhuhur) yang selalu ingin menonjolkan diri, dan berbagai perangai lainnya yang merefleksikan kekanak-kanakan jiwa.
Kelompok terakhir adalah mereka yang selalu berlomba dalam kebaikan. Mereka tak lagi berfikir sebatas halal-haram. Bagi kaum ini, segala sesuatu dinilai dengan kelembutan hati dan kepekaan iman. Mereka terbang dalam ketinggian akhlaq, jauh melewati batas-batas hukum, beyond fiqh. Yang haram pastilah mereka benci, perkara syubhat dijauhi, bahkan terhadap yang halal pun mereka berzuhud. Suatu ketika Umar ibn Khatthab ra membagi-bagikan ghanimah atas kemenangan melawan Persia. Umar tertarik pada sebuah karpet yang sungguh indah. Betapa wajar dan sederhananya potret keinginan itu; seorang khalifah agung berkehendak untuk memiliki sepotong permadani. Tak satu pun sahabat yang tidak setuju, selain bahwa bagian dari ghanimah juga merupakan hak beliau, Umar juga dipandang sebagai zahid yang terlalu keras terhadap dirinya sendiri. Namun seketika Al-Faruq tersentak. Pria yang ditakuti para setan ini merasa malu untuk memiliki ketertarikan semu pada dunia. Ia memang bukan al-ma’shum layaknya Rasulullah SAW, tapi tarbiyah Sang Nabi telah melekat erat di sanubarinya. Lalu ia memotong karpet itu menjadi bagian-bagian kecil dan membagi-baginya kepada para sahabat (Husain Haykal, Umar al-Faruq). Permadani Persia itu sudah tak utuh lagi, begitu juga keinginan Umar untuk memilikinya juga telah teratasi. Kini Umar tak lagi merasa malu pada Allah, pada Rasul dan pada dirinya sendiri. Ya, bagi jiwa pendamba surga, rasa malu memang menjadi hiasan diri. Sebab sabda Sang Nabi SAW; “Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari kalimat pertama kenabian adalah: jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu” (HR Bukhari, lihat dalam Ibn Daqieqil ‘Ied, Syarhul Arba’iina Hadiitsan An-Nawawiyah).
Bagaimana…?
Tiga golongan itu saya yakini kebenarannya. Salah satu upaya, untuk dapat menghisab diri sebelum dihisab nanti. Dengan kejujuran hati untuk bisa mengakui, ada di golongan mana kita sekarang.
Tapi ada beberapa hal lain yang menggugah hati saya… Pertama, seusianya, saya belum mempunyai keinginan untuk menghisab diri dengan kedalaman seperti itu. Kedua, melalui tulisannya dia sanggup menyuarakan apa yang ada di benaknya dengan cukup berani. Ketiga, harapan saya… tulisan itu dilandasi motivasi untuk ‘fastabiqunal khairaat’… berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan untuk menjustifikasi secara personal. Keempat, semoga ketika ditanyakan kepada dirinya… di golongan manakah dia berada? Dia bisa menjawabannya…
Karena pada dasarnya, kita semua mempunyai fitrah untuk berbuat kebaikan, ingin memberikan yang terbaik, sebagai bentuk eksistensi kita di dunia ini, untuk kemudian kita serahkan penilaian terakhirnya di kekuasaan Sang Pencipta.
Tidak semua orang menyukai dakwah dengan argumentasi yang cukup keras. Tapi hampir semua orang menyukai dakwah yang menenangkan, dengan bahasa kelembutan… Tanpa ada kesan merasa paling suci, tapi mengajak… untuk bersama-sama… menggapai cinta Illahi, dalam balutan keindahan bahasa…

Sabtu, 04 September 2010

Syariah Islam Pembawa Rahmat

ALLAH SWT menurunkan syariat Islam melalui Rasulullah saw sebagai rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam/makhluk). Kehadiran Rasulullah Saw ke atas dunia dengan membawa wahyu Allah SWT, tutur kata dan tingkah lakunya sebagai hukum dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107)

Selain itu, kesempurnaan dan cakupan Dinul Islam, yang tidak memberi peluang satu perkara pun lolos dari pandangannya, menunjukkan keagungan dan kehebatan syariat Islam yang tidak dimiliki oleh sistem hukum manapun yang ada di seluruh dunia. Firman Allah SWT: “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl [16]: 89)

Berdasarkan hal ini, maka seorang Muslim tidak layak berpaling dan beralih kepada sistem hukum lain. Apalagi jika sistem hukum tersebut merupakan produk buatan manusia yang sarat dengan keterbatasan, kelemahan dan kepentingan. Jika Allah SWT telah memberikan kepada kita Dinul Islam yang sempurna, sistem, hukum yang adil dan cakupannya menyeluruh, mengapa sebagian besar kaum muslimin malah berpaling dari syariat Allah SWT yang sempurna dan agung? Padahal jelas-jelas Allah berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan (hukum), akan ada bagi mereka pilihan (hukum) yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al-Ahzab [33]: 36)

Oleh karena itu, siapapun orangnya, apapun jabatannya, selama ia seorang mukmin, yakin kepada kebenaran dan kesempurnaan hukum Allah SWT, wajib menerapkan dan mengikuti sistem hukum yang telah Allah SWT putuskan. Dimanapun tempat tinggalnya, kaum muslimin wajib menerapkan dan mengikuti sistem hukum Islam, dan dilarang untuk berpaling serta mengikuti hawa nafsu mereka dengan mengikuti sistem hukum lain. Firman Allah SWT: “Maka, putuskanlah perkara atas mereka menurut apa yang Allah turunkan (Alquran) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran (hukum Allah) yang telah datang kepadamu.” (QS Al-Maidah [5]: 48)

Di dalam kitab Mukhtashar tafsir Alquran karya Imam Al Qasimi, tatkala menafsirkan kata –fahkum bainahum bimaa anzala Allah- bermakna diterapkan di tengah-tengah Ahlu Kitab jika mereka merujuk kepadamu (Muhammad). Imam Nasafi berkata: “Allah SWT mengingatkan tentang diturunkannya Taurat kepada Musa as, kemudian diturunkannya Injil kepada Isa as, setelah itu diturunkannya Alquran kepada Muhammad Saw, dan hal itu bukan sekedar untuk didengar saja, melainkan untuk diterapkan.” (lihat Mukhtashar min mahaasini at takwil, kar. Al Qasimi, hal.116)

Dengan demikian, apabila ada yang mengatakan bahwa penerapan syariat Islam hanya berlaku bagi kaum muslimin saja, tidak untuk non muslim? Bukankah di dalam syariat Islam terdapat hukum-hukum Jizyah, hukum tentang akad Dzimmah (atas masyarakat non muslim), hukum tentang perkawinan (yang mencakup wanita Ahlu Kitab), yang ditujukan bagi orang-orang non muslim. Dan bukankah di dalam Negara Islam yang didirikan oleh Rasulullah terdapat watsiqah Madinah (piagam Madinah) berupa hukum-hukum Islam yang bersifat umum, yang diterapkan dan diikuti oleh seluruh masyarakat, baik mereka Muslim maupun non Muslim?

Meskipun demikian dalam perkara ubudiyah dan hukum-hukum pernikahan, kematian, dan sejenisnya, diberikan kepada rakyat non muslim untuk menjalankan perkara-perkara tersebut sesuai dengan ajaran agama mereka.

Allah SWT berfirman: “Apakah (sistem) hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (sistem hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (sistem hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (QS Al-Maidah [5]: 50)

Dinul Islam mengandung aqidah dan syariat, tersusun dari fikrah (ide, hukum) dan thariqah (metoda penerapan ide/hukum). Islam bukanlah filsafat, apalagi sekedar ajaran-ajaran moral atau etika. Dinul Islam juga adalah Dinul 'Amaliy, (ajaran-ajaran agama/hukum yang bersifat praktis). Pendek kata Dinul Islam itu adalah mabda (prinsip/ideologi) yang di dalamnya terdapat fikrah-fikrah dan thariqah.

Penerapan syariat Islam bisa mencegah kerusakan maupun berbagai pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh masyarakat. Bahkan untuk beberapa perkara tertentu yang menyangkut eksistensi manusia, eksistensi akal, eksistensi kehormatan, harta, agama, stabilitas politik Daulah Islamiyah, Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum hudud, yang berlaku apa adanya sebagaimana teks nash-nash Alquran maupun Assunnah. Seluruh perkara tersebut telah ditetapkan secara qath'iy d di dalam nash. Dan di dalam perkara hukum hudud tidak ada ijtihad. Sebab Allah-lah yang telah menetapkan bentuk hukumannya, bukan manusia.

Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Adil. Allah Mengetahui mana yang benar dan salah, apa yang baik dan apa yang tidak baik, mana yang menghasilkan maslahat, mana yang membawa mudharat. Hukum Allah bersifat abadi, cocok untuk diterapkan pada setiap zaman dan tempat. Sebab Dialah yang menciptakan seluruh manusia, Dialah yang Maha Mengetahui tabiat manusia.

Dengan demikian, sejak kapan manusia yang diciptakan, Allah yang mempunyai banyak kelemahan, lebih mengetahui dari pada Allah SWT sendiri? Dan atas dasar apa kita mengatakan bahwa hukum potong tangan, hukum cambuk, hukum rajam, hukum qishash sudah tidak layak untuk diterapkan pada masa kini. Bukankah hukum Allah itu benar dan persepsi manusia itu relatif, berubah-ubah dan lebih banyak kekeliruannya? Lalu mengapa kita enggan menjadikan syariat Islam yang berasal dari langit berada diatas segalanya, dan wajib seluruh peraturan yang ada di dunia tunduk dan mengikuti syariat Al-Khaliq?

Allah SWT berfirman : “Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tiada lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al Baqarah [2]: 85).***

Sabtu, 17 Juli 2010

Berilah Hamba Hati Seperti Beliau..

"Abu Bakar mengungguli kalian bukan karena banyaknya salat dan banyaknya puasa, tapi karena sesuatu yang bersemayam di hatinya." (HR at-Tirmidzi di an-Nawâdir dan al-Ghazali di Ihyâ' Ulûmiddîn)

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah manusia terbaik dari kalangan umat Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah SAW. Beliau juga menobatkannya khalîl atau kekasih terdekat bagi beliau. Faktor utamanya bukan hanya karena banyaknya amal yang beliau lakukan, tapi juga karena totalitas hatinya. Hatinya serba total untuk Allah dan Rasul-Nya.

Pada saat Rasulullah SAW mengumumkan agar kaum Muslimin menyumbangkan harta mereka untuk dana perang Tabuk, Abu Bakar membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah SAW. "Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah kepada Abu Bakar.

"Allah dan Rasul-Nya?" jawab Abu Bakar tanpa keraguan sedikitpun.

"Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati tak menyisakan apapun melainkan apa yang ia cintai," demikian komentar Imam al-Ghazali tentang kisah beliau ini.

Totalitas hati itu membawa Abu Bakar SAW menjadi orang yang paling makrifat kepada Allah di antara umat Rasulullah SAW yang lain. Abu Bakar Radhiallâhu'anhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan Rasulullah SAW

Hingga, hidupnya begitu miskin setelah mengucapkan ikrar Islam di hadapan Rasulullah. Padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar kaya yang disegani di Quraisy.

Abdullah bin Umar bercerita: Suatu ketika Rasulullah SAW duduk. Di samping beliau ada Abu Bakar memakai jubah kasar, di bagian dadanya ditutupi dengan tambalan. Malaikat Jibril turun menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan salam Allah kepada Abu Bakar.
"Hai Rasulullah, kenapa aku lihat Abu Bakar memakai jubah kasar dengan tambalan penutup di bagian dadanya?" tanya Malaikat Jibril.

"Ia telah menginfakkan hartanya untukku ( untuk kepentingan dakwah: pen)." Sabda beliau
"Sampaikan kepadanya salam dari Allah dan sampaikan kepadanya: Tuhanmu bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?"
Rasulullah SAW menoleh kepada Abu Bakar. "Hai Abu Bakar, ini Jibril menyampaikan salam dari Allah kepadamu, dan Allah bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?"

Abu Bakar menangis: "Apakah aku akan murka kepada (takdir) Tuhanku!? (Tidak!) Aku rida dengan (takdir) Tuhanku, Aku rida akan (takdir) Tuhanku."

Semua miliknya habis untuk Allah dan Rasulullah SAW. Inilah totalitas cinta. Cinta yang mengorbankan segalanya untuk Sang Kekasih, tak menyisakan apa-apa lagi selain Dia di hatinya. "Orang yang merasakan kemurnian cinta kepada Allah, maka cinta itu akan membuatnya berpaling dari pencarian terhadap dunia " Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq.

oOo

“Barang siapa yang mengeluarkan dua macam harta fi sabilillah, maka ia akan dipanggil dari pintu surga… Wahai hamba Allah, sungguh ini perbuatan baik. Dan barang siapa yang selalu melaksanakan shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Dan barang siapa yang ikut berjihad, ia akan di panggil dari pintu jihad. Dan barang siapa yang selalu melaksanakan puasa, akan dipanggil dari pintu yang memancarkan air yang segar. Dan barang siapa yang selalu memberikan sedekah, akan di panggil dari pintu sedekah”.

Maka kemudian Abu Bakar r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah bisa seseorang dipanggil dari semua pintu surga tadi?” Mendengar pertanyaan Abu Bakar r.a. itu bibir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbuka lalu berkata, “Ya, dan aku sangat berharap engkau termasuk satu diantara orang yang dipanggil dari semua pintu surga.” (HR. Bukhari)

Abu Bakar RA adalah shahabat yang dipanggil dari semua pintu syurga. Kenapa saudaraku ? Karena hatinya telah diberikan hanya untuk Alloh dan Rosul-nya. Hati yang dipenuhi cinta hanya untuk Alloh dan Rosul-Nya...

Sunnah Menjawab Adzan ...

Disunnahkan untuk menjawab adzan seperti yang diucapkan mu'adzin, kecuali pada lafadz :
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ ... حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ ...
maka mengucapkan:
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Laa haula walaa quwwata illaa billaah ...
Jika muadzin mengucapkan :
اَلصَّلاَةُ خَيْر ٌمِنَ النَّوْمِ
maka dijawab seperti itu juga ...
(Syarah Muslim IV/85-86 no.385)

http://www.facebook.com/photo.php?pid=30728895&id=1057983288&ref=mf

DOA AGAR DIBERI KETETAPAN HATI

اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ , صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

"Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk ta'at kepada-Mu"
(HR. Muslim no. 2654)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ , ثّبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْانِكَ

"Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlahhatiku pada agama-Mu".
(HR. At-Tirmidzi no. 3522, Ahmad VI/302 dan al-Hakim I/525. Lihat Shahiih at-Tirmidzi III/171 no. 2792)

http://www.facebook.com/photo.php?pid=342090&id=1845098976

Berangkatlah di pagi hari ...

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam mendoakan umatnya yang bekerja dan memulai aktifitasnya di pagi hari ...
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا
Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi harinya
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah 2236 dan Shahih Abu Dawud 2345)

http://www.facebook.com/qomarudin#!/photo.php?pid=194639&id=100000592449448

Berangkatlah di pagi hari ...

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam mendoakan umatnya yang bekerja dan memulai aktifitasnya di pagi hari ...
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا
Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi harinya
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah 2236 dan Shahih Abu Dawud 2345)

http://www.facebook.com/qomarudin#!/photo.php?pid=194639&id=100000592449448

HUKUM BERDO’A DENGAN BAHASA NON ARAB

Seringkali ada yang mengajukan pertanyaan, “Bolehkah berdo’a dengan bahasa non Arab?”
Semoga penjelasan berikut bisa menjawab pertanyaan tersebut.

BERDO’A DENGAN BAHASA NON ARAB

Syaikh Sholih Al Munajid hafizhohullah dalam situs beliau Al Islam Sual wa Jawab memberikan penjelasan,

“Jika orang yang shalat mampu berdoa dengan bahasa Arab, maka ia tidak boleh berdo’a dengan bahasa selainnya. Namun jika orang yang shalat tersebut tidak mampu berdo’a dengan bahasa Arab, maka tidak mengapa ia berdo’a dengan bahasa yang ia pahami sambil ia terus mempelajari bahasa Arab (agar semakin baik ibadahnya, -pen).

Adapun do’a di luar shalat, maka tidak mengapa menggunakan bahasa non Arab. Seperti ini sama sekali tidak ada masalah lebih-lebih lagi jika hatinya semakin hadir (semakin memahami) do’a yang ia panjatkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan,

وَالدُّعَاءُ يَجُوزُ بِالْعَرَبِيَّةِ وَبِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ يَعْلَمُ قَصْدَ الدَّاعِي وَمُرَادَهُ وَإِنْ لَمْ يُقَوِّمْ لِسَانَهُ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ ضَجِيجَ الْأَصْوَاتِ بِاخْتِلَافِ اللُّغَاتِ عَلَى تَنَوُّعِ الْحَاجَاتِ .

“Berdo’a boleh dengan bahasa Arab dan bahasa non Arab. Allah subhanahu wa ta’ala tentu saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya pun tidak bisa menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap do’a dalam berbagai bahasa pun itu dan Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang dipanjatkan”[1].”[2]

DO’A AL QUR’AN DAN AS SUNNAH, DO’A TERBAIK

Do’a terbaik tentu saja do’a yang disebutkan dalam Al Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika memanjatkan do’a semacam ini, kita akan mendapatkan kebaikan yang amat banyak, tidak sebatas pada yang kita minta saja. Begitu pula kita nantinya tidak salah meminta karena tidak sedikit yang salah meminta dalam do’anya. Do’a dari Al Qur’an dan Hadits pun tidak membuat kita salah dalam mengucap sehingga salah makna.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,

وَيَنْبَغِي لِلْخَلْقِ أَنْ يَدْعُوا بِالْأَدْعِيَةِ الشَّرْعِيَّةِ الَّتِي جَاءَ بِهَا الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا رَيْبَ فِي فَضْلِهِ وَحُسْنِهِ وَأَنَّهُ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ صِرَاطُ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا .

“Sudah sepatutnya setiap hamba berdo’a dengan do’a yang syar’i yang disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Karena do’a yang berasal dari keduanya tidak diragukan lagi keutamaannya dan kebaikannya. Do’a yang ada pada keduanya termasuk doa’ para Nabi, para shidiqin, para syuhada’, orang-orang sholih yang menjadi teman terbaik yang tentu berada di jalan yang lurus. ”[3]

PRAKTEKKAN DO’A SEDERHANA NAMUN MAKNANYA LUAR BIASA

Begitu banyak do’a dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang mengandung makna yang luar biasa sebagaimana do’a sapu jagad berikut.

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqinaa ‘adzaban naar” [Ya Rabb kami, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari adzab Neraka] (QS. Al Baqarah: 201)

Coba perhatikan dengan seksama bagaimana penjelasan Ibnu Katsir mengenai do’a tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

“Do’a ini sungguh telah mencakup permintaan seluruh kebaikan di dunia dan terhindar dari setiap kejelekan. Permintaan kebaikan di dunia yang dimaksudkan dalam do’a ini mencakup nikmat sehat, rumah yang lapang, istri yang penuh dengan kebaikan, rizki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal sholih, kendaraan yang menyenangkan, pujian yang baik serta kebaikan-kebaikan lainnya dengan berbagai ungkapan dari pakar tafsir yang tidak saling bertentangan satu dan lainnya. Semua yang disebutkan ini tercakup dalam kebaikan dunia.

Adapun kebaikan di akhirat yang diminta dalam do’a ini tentu saja lebih tinggi dari kebaikan di dunia yaitu dimasukkannya ke dalam surga, dibebaskan dari rasa khawatir (takut) dari berbagai kesulitan dan diberi kemudahan dalam hisab (perhitungan amalan) di akhirat serta berbagai kebaikan di akhirat.

Adapun permintaan diselamatkan dari siksa neraka mengandung permintaan agar kita dibebaskan dari berbagai sebab dunia yang menjerumuskan ke dalam neraka yaitu dengan dijauhkan dari berbagai perbuatan yang haram dan dosa, dan diberi petunjuk untuk meninggalkan hal-hal syubhat (yang masih samar/abu-abu) dan hal-hal yang haram.

Inilah penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat Al Baqarah ayat 201. [4]

Begitu luar biasa dan ampuhnya do’a sapu jagad ini, begitu ringkas, namun makna yang dikandung begitu dalam. Itulah do’a yang seharusnya bisa kita rutinkan.

TERAKHIR

Sudah sepatutnya do’a yang dipanjatkan dipahami maknanya. Karena hati yang memahami isi do’a tentu saja do’anya akan lebih didengar dan dikabulkan daripada hati yang lalai. Oleh karena itu, setiap do’a yang dipanjatkan hendaknya dipahami artinya sehingga bisa lebih diresapi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Semoga yang singkat ini bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Diselesaikan atas nikmat Allah di Panggang-GK, ba’da maghrib, 27 Rajab 1431 H (09/07/2010)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

http://rumaysho.com/hukum-islam/shalat/3115-hukum-berdoa-dengan-bahasa-non-arab.html

Manusia Menikah Dengan JIN, Mungkinkah??

Menurut kabar yang didengar Misteri, di sana kerap dilakukan ritual perkawinan manusia dengan jin. Perkawinan ini dilakukan oleh orang-orang yang kepepet atau terdesak kebutuhan ekonomi. Namun menurut kabar yang lain, perkawinan manusia dengan jin ini juga kerap dilakukan untuk mendongkrak bisnis atau usaha seseorang agar lebih maju.


Menjelang Maghrib, Misteri baru tiba di rumah spiritualis yang sering mengawinkan manusia dengan jin ini. Jauh dari keramaian dan hingar bingar, rumah spiritualis itu berada di kaki gunung Salak, Cidahu, Sukabumi.


Meski jauh dari keramaian kota besar, rumah-rumah di kampung ini nampak permanen, tertata rapih dan terkesan megah untuk ukuran orang kampung. Tak hanya itu, hampir di setiap rumah terparkir sebuah mobil dan motor baru yang mensiratkan status sosial penduduk kampung ini. Sesuatu yang tak terbayangkan oleh Misteri sebelumnya.


Tak lama berselang, Ustad Yusuf Kabir, spiritualis yang didatangi Misteri ini muncul dari balik ruang keluarga rumahnya. Seperti layaknya orang kampung, ustad Yusuf menyambut kedatangan Misteri dengan hangat. Sejumlah kalimat dan kata-kata sambutan pun keluar dari mulut ustad Yusuf. Ternyata ustad yang kerap mengawinkan manusia dengan jin ini masih cukup muda, usianya diperkirakan belum genap 40 tahun. Meski begitu dari gaya bicara dan auranya nampak jelas bahwa ustad muda ini memiliki ilmu kedigjayaan yang cukup.


Setelah cukup basa-basi, Misteri langsung mengutarakan maksud kedatangan kali ini. Nampak ustad Yusuf seperti berpikir sejenak, entah apa yang ada di kepalanya. Namun sesaat kemudian dia pun berkometnar. “Saya memang sering mengawinkan orang dengan Jin Islam, tapi saya tidak sependapat jika ini dikatakan musyrik. Perkawinan ini hanya sebatas usaha manusia untuk memperbaiki kehidupannya,” tutur ustad Yusuf.


Untuk melihat lebih jelas ritual perkawinan manusia dengan Jin ini, ustad Yusuf mengajak Misteri ke lokasi dimana dia sering melakukan ritual. Kebetulan malam itu ada 3 orang yang minta dikawinkan dengan jin. Ternyata untuk menuju lokasi tempat perkawinan manusia dengan jin ini cukup jauh, sekitar 2 atau 3 kilometer di belakang rumah ustad Yusuf. Melintasi perkampungan menuju sebuah lembah di perbatasan kampung dengan hutan gunung Salak, tibalah kami pada sebuah rumah di pinggir kali.


Aura mistik kontan menyengat seketika Misteri tiba di rumah itu. Jelas sekali aura rumah dengan 8 ruang besar ini penuh dengan kekuatan gaib yang menyelimutinya. Tanda-tanda kekuatan gaib dan aura mistik itu dapat dirasa dan dilihat dengan kasat mata. Dari pengamatan Misteri, kekuatan gaib dan aura mistik yang nampak jelas ini terjadi akibat seringnya proses ritual perkawinan dengan jin di rumah ini. “Di rumah inilah prosesi ritual itu dilakukan. Kami akan memanggil jin dari manapun untuk dikawinkan disini,” aku Yusuf pada Misteri.


Sambil berkeliling di dalam rumah dan sekitar halaman, ustad Yusuf menjelaskan syarat dan proses ritual perkawinan dengan jin. Dalam rumah itu ada 8 orang yang malam ini akan dikawinkan dengan Jin. Menurut ustad Yusuf, umumnya orang menikah dengan jin karena terjepit masalah ekonomi. Ada yang terbelit utang, perusahaannya bangkrut dan ada pula yang ingin perusahaannya lebih maju.


Jin yang dinikahinya itu akan menjadi istri atau suami di alam gaib. Sebagai istri atau suami, jin itu juga punya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Maka jin itu pun diminta untuk bisa menghasilkan uang bagi orang yang menikahinya. “Jadi jin itu akan membantu kita menghasilkan uang,” tutur ustad Yusuf.


Lebih jauh dijelaskan ustad Yusuf, hanya orang Muslim saja yang bisa menikah dengan jin. Karena menurutnya jin yang dipanggilnya adalah dari golongan muslim yang tinggal diberbagai penjuru dunia. Misalnya jin dari Baghdad, Turki, Mesir, Kuwait, Mekkah, Banten, Demak dan sebagainya. Selain itu, orang yang bisa dikawinkan dengan jin juga harus mempunyai pekerjaan atau kegiatan bisnis. Karena jin itu tidak mendatangkan uang dalam bentuk cash. “Jin itu akan membantu kita mencari uang dari jerih payah kita sendiri,” jelas ustad Yusuf.


Usai menjelaskan panjang lebar soal prosesi perkawinan dengan jin, ustad Yusuf langsung mengajak Misteri ke satu kamar tempat dia melakukan ijab kabul. Di kamar gelap berukuran 5 kali 5 meter itu sudah ada 3 orang menunggu ustad Yusuf. Mereka adalah seorang saksi nikah, medium dan orang yang akan dinikahkan dengan jin. Udara pengab dengan aroma kemenyan dan bunga setaman menyengat hidung. Jelas sekali lelaki yang akan dinikahkan dengan jin itu terlihat gugup. Sesekali dia menyeka wajahnya dengan sapu tangan. Namun sesaat kemudian dia menoleh ke kiri, kadang ke kanan dan ke belakang, seperti ada yang dilihatnya.


Sesaat kemudian, ustad Yusuf mulai membacakan doa-doa khusus, tawasul dan mengirim doa. Terekan oleh Misteri dia mengirim doa untuk para nabi, leluhur dan para penghuni gaib yang menguasai bumi ini. Terakhir ustad Yusuf kemudian mengirim doa khusus untuk leluhur Tanah Banten dan penghuni gaib Masjid Agung Banten. Ternyata malam itu ustad Yusuf akan menikahkan seorang tamunya dengan jin wanita dari Masjid Agung Banten yang bernama Salsabila Su’a Binti Syech Humaid Kazman.


Setelah sepuluh menit ustad Yusuf membacakan doa-doa dan mantra suasana kemudian hening. Hanya sesekali ustad Yusuf terdengar mengucap nama Salsabila Su’a. Nampak mata ustad muda ini terpejam, tapi mulutnya tetap komat-kamit. Sesaat kemudian dia kembali membuka matanya sambil mengangkat kedua belah tangannya ke atas. Tiba-tiba angin terasa berhembus entah dari mana datangnya. Tak seorang pun diantara kami yang berani berkata-kata. Namun ketegangan nampak jelas dari raut wajah semua orang yang mengikuti prosesi ritual ini.


Dalam ketegangan itu, tiba-tiba seorang perempuan yang duduk persis di samping orang yang akan dinikahkan dengan jin menjerit melengking. Tentu saja jeritan perempuan itu membuat seisi kamar kaget bukan kepalang. Misteri hampir saja beringsut ke belakang saking kagetnya mendengar suara lengkingan itu. Tak cukup disitu saja, perempuan paruh baya itu kemudian menceracau seperti orang kesurupan. Suranya yang tadi tenang kini berubah tak karuan. “Jin Salsabila Su’a itu sekarang sudah merasuki tubuh wanita itu. Berarti kita sudah siap melakukan prosesi ijab kabul pernikahan,” tutur ustad Yusuf.


Seperti layaknya pernikahan manusia dengan manusia, ustad Yusuf kemudian membacakan sighot taqliq. Kedua pengantin, saksi dan wali nikah bersiap untuk ijab kabul. Doa-doa nikah dan Kalimat Syahadat pun dibacakan sebagai pertanda bahwa yang dinikahkan itu adalah Jin Muslim. Pengantin pria yang dinikahkan dengan Jin Salsasbila Su’a ini masih nampak gugup dan takut. Berkali-kali dia salah mengucapkan nama Jin Salsabila Su’a. Berkali-kali pula dia mengusap wajah dan merubah posisi duduknya.


“Salsabila Su’a binti Syech Humaid Kazman, apakah kamu bersedia dinikahkan dengan….?” Tanya ustad Yusuf dengan suara berat bergetar. “Saya bersedia,” tutur Jin Salsabila dengan suaranya yang melengking nyaring.


“Jin Salsabila Su’a binti Syech Humaid Kazman, apakah kamu bersedia membantu masalah ekonomi suamimu?” tanya ustad Yusuf kemudian. “Saya bersedia, tapi suamiku juga harus memenuhi semua syaratku,” jawab Jin Salsabila Su’a lagi.
Usai itu, Jin Salsabila Su’a ini kemudian menerangkan semua persyaratan yang harus dipenuhi oleh suaminya dari bangsa manusia. Kurang lebih sepuluh menit berlangsung, prosesi itu pun selesai dan berjalan sesuai aturan. Kini pengantin pria itu berhak atas Jin Salsabila Su’a dan boleh memperlakukannya sebagai istri.


Meski hampir sama dengan proses pernikahan manusia dengan manusia, proses pernikahan dengan jin ini tentu saja ada bedanya. Sebab tujuan utama manusia menikah dengan jin ini tentu saja bukan dilatarbelakangi oleh syahwat. Tapi lebih dikarenakan permintaan manusia agar sang mempelai jin bisa membantu menyelesaikan masalah ekonomi pengantin manusia. Saat proses ritual terjadi, pengantin manusia ditanya mengapa dia mau menikah dengan jin Salsabila Su’a. “Saya terbelit utang ke bank, saya ingin membayar hutang itu dan mempunyai harta yang cukup,” tutur pengantin manusia.


Usai prosesi ritual itu ustad Yusuf menjelaskan, tidak semua proses ritual ini berjalan mulus karena ada kalanya pengantin jin menolak dinikahkan. Misalnya karena jin itu tidak suka dengan penampilan manusia yang tidak sesuai. Atau ada kalanya jin itu menolak karena minta mas kawin yang tak sanggup dipenuhi manusia. “Tapi pada umumnya semua jin yang saya panggil mau dinikahkan dengan siapa saja,” jelas ustad Yusuf mengakhiri perbincangan dengan Misteri.

Sumber : http://beeglay.multiply.com/journal/item/3838/Manusia_Menikah_Dengan_JIN_Mungkinkah

Mengapa Kita Wajib Membaca Al Qur'an, Meskipun Tidak Mengerti Artinya...??

Kamu-kamu pada sering baca Al Qur'an kan, tapi ngerti artinya gak...? Mestinya sih kita baca Al Qur'an sekaligus memahami maknanya. Tapi walaupun gak tau artinya, tetep bermanfaat juga kok kalo kita membaca Al Qur'an. Saya punya satu cerita yang berhubungan sama topik ini and semoga bermanfaat bagi kita semua,,,Amin.


Seorang Muslim tua Amerika hidup di suatu perkebunan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Qur'an di meja makan dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk meniru dalam cara apapun semampunya.


Suatu hari si cucu bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'an seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'an?"


Dengan tenang sang Kakek meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata, "Bawa keranjang batubara ini ke sungai lalu bawa kemari lagi penuh dengan air." Maka si cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi".


Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Si cucu berlari lebih cepat, tetapi lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong. Lalu si cucu mengambil satu ember air sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air; aku hanya mau satu keranjang air."


"Ayolah, usaha kamu kurang cukup" kata sang kakek sambil ke luar rumah untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.


Sekali lagi si cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek,percuma!" . Lalu kakek bertanya, "Jadi kamu pikir percuma?"


Kakek berkata, "Lihatlah keranjangnya". Si cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. "Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur ' An, walaupun kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah di dalam dan di luar dirimu " kata sang kakek.


Ya,,,itu satu cerita pendek yang bisa mengibaratkan kenapa kita membaca Al Qur'an meski kita tidak tahu artinya. Walaupun tidak tahu artinya, kita tetap mendapatkan banyak hal positif dari membaca Al Qur'an. Setidaknya pikiran menjadi lebih rileks, hati tentram & damai, and tentunya mendapat pahal & ridho dari Allah SWT. Tetapi alangkah lebih baiknya jika kita membaca sekaligus memahami arti dari Al Qur'an tersebut.

Sumber : http://beeglay.multiply.com/journal/item/3637/Untuk_Apa_Baca_Al-_Quran_Tapi_Gak_Tau_Artinya...

Jumat, 16 Juli 2010

Kisah Nabi Isa

Isa adalah keturunan Daud dan Sulaiman. Dialah rasul dari kalangan Bani Israel yang pengaruhnya menyebar hingga di luar kalangan Yahudi. Tahun kelahirannya hingga kini dijadikan dasar perhitungan

kalender Masehi. Adapun tanggal kelahirannya tidak pernah dinyatakan secara jelas. Yang pasti bukan tanggal 25 Desember yang sekarang diperingati sebagai Hari Natal, karena penentuan tanggal itu lebih dikaitkan dengan mitologi serta perhitungan astronomi menyangkut perubahan posisi bumi terhadap matahari. Kisah Isa diawali dari peristiwa kedatangan malaikat menemui Maryam yang tinggal di kamarnya di Baitul Maqdis.

Maryam menyangka malaikat itu adalah laki-laki yang hendak menggodanya. Tapi sang malaikat menyatakan dirinya hanya diutus Allah untuk menyampaikan kabar bahwa Maryam akan punya putra. Sebuah kabar yang sempat tak dipercayai Maryam karena dirinya seorang perempuan baik-baik dan tak pernah berhubungan dengan laki-laki. Atas kehendak Allah, Maryam pun hamil.

Baru menjelang abad 21, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan bahwa secara teoritis manusia dapat mempunyai anak tanpa harus ada pertemuan antara sperma dengan sel telur, yakni dengan teknik kloning. Sekarang pun ilmu pengetahuan belum mampu menyingkap sepenuhnya fenomena kehamilan Maryam tersebut.

Pada masa itu, kehamilan Maryam merupakan kontroversi besar. Dengan menanggung beban hujatan masyarakatnya, Maryam meninggalkan Baitul Maqdis. Kalangan Nasrani meyakini Maryam melahirkan Isa di tempat pengasingannya di Baitullahim (Betlehem). Quran hanya menjelaskan saat Maryam berlindung di bawah pohon korma.

Allah memerintahkan Maryam untuk menjejakkan kaki untuk memperoleh air minum, serta menggoyang pohon itu untuk mendapatkan makanan. Kelahiran Isa mengundang tudingan keras pada Maryam. Mereka menganggap Maryam telah mencemarkan nama baik keluarganya karena mempunyai anak tanpa suami. Sekali lagi mukjizat terjadi. Isa yang masih bayi tiba-tiba berbicara menjelaskan mukjizat Allah tersebut.

Isa juga memperlihatkan sejumlah mukjizat lagi ketika dewasa. Diantaranya adalah ketika ia membentuk seekor burung dari tanah liat dan burung itu tiba-tiba hidup. Ia -atas izin Allah-menghidupkan orang mati, menyembuhkan kebutaan seseorang yang dideritanya sejak lahir, serta mendatangkan makanan yang semula tak ada. Dengan berbagai mukjizat itu, Isa segera memperoleh pengikut yang banyak.

Hal demikian mencemaskan kaum elit di wilayah Palestina tersebut, baik terhadap Romawi yang berkuasa maupun kalangan pendeta Yahudi. Militer saat itu segera memburu Isa dengan bantuan Yudas, seorang pengikut Isa yang berkhianat. Rumah persembunyian Isa diketahui.

Isa pun digrebek. Di sinilah perbedaan pendapat kalangan Nasrani dan Islam mulai terjadi. Kalangan Nasrani meyakini Isa tertangkap dan dihukum salib. Penyaliban itu dianggap sebagai simbol pengorbanan Isa demi menebus dosa umat manusia. Sedangkan Quran menjelaskan bahwa yang ditangkap dan kemudian disalib bukanlah Isa melainkan orang yang wajahnya serupa Isa.

Banyak kalangan menunjuk ucapan orang yang hendak dihukum salib "Eli, Eli lama sabakhtani (Tuhan….. ) sebagai bukti bahwa yang disalib tersebut bukanlah Isa. Mereka bahkan meyakini yang tersalib adalah Yudas.

Tentang keberadaan Isa kemudian, para ahli tafsir meyakini bahwa Isa "diangkat Allah" ke akhirat. Sedangkan Jamaah Ahmadiyah berpendapat bahwa Isa lolos dari kepungan tersebut, lalu menyamar sebagai orang biasa, dan wafat secara wajar.

Kisah Abu bakar rhu masuk islam: “Masuk islam; Dakwah; Asbab hidayah bagi 9 orang shohabat rhum”

Dari Aisyah rha, ia berkata, “sejak zaman jahiliyah, Abu bakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari dia pergi keluar ingin menemui Rasulullah saw. Ketika bertemu dengan Nabi saw, dia berkata, “Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi), ada apa denganmu, engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lainnya lagi.” Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh Swt dan aku mengajak kamu kepada Alloh.” Setelah Nabi selesai berbicara, Abu bakar pun langsung masuk islam. Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorang pun yang ada diantara dua gunung di mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu bakar menemui Utsman bin affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqosh untuk mengajak mereka masuk islam, lalu mereka pun masuk islam. Hari berikutnya Abu bakar rhu menemui Utsman bin mazh’un, Abu ubaidah bin jarrah, Abdurrahman bin Auf, Abu salamah bin Abdul Asad, dan Arqom bin Abil Arqom juga untuk mengajak mereka semua untuk masuk islam, dan mereka pun semua masuk islam

Sabtu, 10 Juli 2010

Jika Belum Siap, CINTAI dia dalam DIAM

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,
cukup cintai ia dalam diam...
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya...
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya... karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu... menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu...
karena diammu bukti kesetiaanmu padanya...
karena mungkin saja orang yang kau cintai, adalah juga orang yang telah Allah Subhanahu Wata'ala benar-benar pilihkan untukmu... Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan Ali Radhiyallahu 'anhum ? yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah...
Karena dalam diammu tersimpan kekuatan...
kekuatan harapan,kekuatan impian,,hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan dan impian itu menjadi nyata...
dan cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata...
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap dan berdo'a pada-Nya ?
Dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap
diam... Iyaa... biarkan... karena Allah Ta'alaa masih punya rencana dan 'hadiah' lain untukmu...
jika dia memang bukan milikmu, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah, dan orang yang tepat oleh Allah Subhanahu Wata'ala biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri... dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu...
Allah Subhanahu Wata'ala Tata hatimu...
Sudahkah aku pantas untuk dia ? Benar-benar pantas...???
Biarkanlah jiwamu terbang bebas menjalani semua niatmu, yang terpenting, kita perlu berbaik sangka selalu pada Allah Ta'alaa...
Pasangan kita, adalah cerminan sosok yang hampir mirip dengan kita...
Cintamu pada orang yang kau cintai dan sayangi, titipkanlah...
Titipkanlah pada Allah Ta'alaa...
Sebab hanya Allah Ta'alaa yang Maha Menjaga...
dikala kau dan dia saling berjauhan...
dikala kau dan dia saling memendam rindu, ingin bertemu...
Allah menjaga dengan menenangkan hatimu melalui dzikir dan tadabbur...
Cintamu pada orang yang sungguh-sungguh kau sayangi, adalah milik-Nya...

sumber:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=403414259542&id=12401 79961

Jumat, 09 Juli 2010

Fir’aun Manakah Yang Tenggelam di Laut Merah?

Kisah mengenai Mukjizat Nabi Musa [Moses] yang membelah Laut Merah dengan tongkatnya untuk menghindari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya tentunya sudah tak asing lagi ditelinga kita. Di kitab suci Al-Qur’an dan Alkitab, kronologi pengejaran dikisahkan begitu gamblang walaupun terdapat sedikit perberbedaan kisah diatara keduanya. Namun yang pasti, kedua kitab suci tersebut mengisahkan kepada kita mengenai akhir yang menggembirakan bagi Musa beserta Kaum Bani Israel karena dapat meloloskan diri dari kejaran Fir’aun beserta bala tentaranya. Dan bagi sang Fir’aun, ia justru menemui ajalnya setelah tenggelam bersama pasukannya di Laut Merah.

Walaupun Al-Quran dan Alkitab sudah cukup jelas mengisahkan kronologi peristiwa itu terjadi, namun masih terdapat teka-teki mengenai siapa sebenarnya Fir’aun yang memimpin pengejaran terhadap Musa beserta kaum Bani Israel? Al-Quran dan Alkitab tidak menyebutkan secara mendetail siapakah Fir’aun yang dimaksud.

Fir’aun [Pharaoh] merupakan gelar yang diberikan kepada raja-raja Mesir kuno. Asal usul istilah Fir’aun sebetulnya merujuk kepada nama istana tempat berdiamnya seorang raja, namun lama-kelamaan digunakan sebagai gelar raja-raja Mesir kuno. Banyak Fir’aun yang telah memimpin peradaban yang terkenal dengan penginggalan Piramida Khufu-nya itu, mulai dari Raja Menes (sekitar 3000 SM, pendiri kerajaan, pemersatu Mesir hulu dan hilir) hingga Mesir jatuh dibawah kepemimpinan raja-raja dari Persia.

Sejauh ini telah banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi siapakah Fir’aun yang sedang berkuasa saat peristiwa keluarnya Musa beserta Bani Israel dari tanah Mesir. Berikut beberapa kandidatnya :

  • Ahmose I (1550 SM – 1525 SM)
  • Thutmose I (1506 SM – 1493 SM)
  • Thutmose II (1494 SM – 1479 SM)
  • Thutmose III (1479 SM – 1425 SM)
  • Amenhotep II (1427 SM – 1401 SM)
  • Amenhotep IV (1352 SM – 1336 SM)
  • Horemheb (sekitar 1319 SM – 1292 SM)
  • Ramesses I (sekitar 1292 SM – 1290 SM)
  • Seti I (sekitar 1290 SM – 1279 SM)
  • Ramesses II (1279 SM – 1213 SM)
  • Merneptah (1213 SM – 1203 SM)
  • Amenmesse (1203 SM – 1199 SM)
  • Setnakhte (1190 SM – 1186 SM)

Dari daftar beberapa Fir’aun diatas, nama Ramesses II selama ini memang kerap diidentifikasikan sebagai Fir’aun yang sedang berkuasa pada saat itu. Ia merupakan sosok Fir’aun terbesar dan terkuat yang pernah memimpin peradaban Mesir kuno. Ramesses II juga merupakan salah satu Fir’aun yang paling lama berkuasa, yakni 66 tahun lamanya.

Sifatnya yang kadang tirani terhadap masyarakat kelas bawah, membuat sejarawan banyak yang berspekulasi dengan menyebutkan ia sebagai raja yang memperbudak Bani Israel. Walaupun demikian, tidak ada bukti arkeologi yang benar-benar memperkuat dugaan tersebut. Selain itu periode masa hidupnya juga dikatakan tidak cocok dengan kemungkinan terjadinya peristiwa keluaran.

Kemudian menilik ke Raja Merneptah (putra Ramesses II) yang berkuasa setelah Ramesses II mangkat, ia juga bukan merupakan Fir’aun yang dimaksud mengingat pada masa pemerintahannya, Merneptah pernah mengatakan bahwa Bangsa Israel telah tiba di tanah Kana’an. Itu artinya, peristiwa keluarnya Musa beserta Bani Israel telah lama terjadi sebelum ia berkuasa.

Lalu bagaimana dengan Seti I, ayah dari Ramesses II? Bagaimanapun juga, ahli sejarah Alkitab mengatakan peristiwa keluaran ini terjadi disekitar 1400 SM, itu jauh dari masa pemerintahan Seti I.

Beberapa Sejarawan yang menggunakan metode penelitian dengan cara mencocokkan kronologi di dalam catatan-catatan peninggalan Mesir Kuno dengan perkiraan waktu keluaran pada kitab suci menyimpulkan, kemungkinan peristiwa itu terjadi saat Mesir kuno dibawah pimpinan Raja-raja Dinasti ke-18.

Dinasti ke-18 mencakup beberapa raja, yakni Thutmose I (1506 SM – 1493 SM), Thutmose II (1494 SM – 1479 SM), diselingi oleh kepempinan Fir’aun wanita yaitu Ratu Hatsepsut (1479 SM -1458 SM) kemudian Thutmose III (1479 SM – 1425 SM).

Benarkan Thutmose II Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah?

enurut studi yang dilakukan oleh Sejarawan Alan Gardiner, setelah kematian Thutmose I dan masa persinggahannya selama 40 tahun di Madyan/Midian, Musa memutuskan untuk kembali ke tanah Mesir tempat beliau dibesarkan. Allah menugaskan Musa untuk menyampaikan ajaran agama yang hakiki kepada Fir’aun. Pada saat itu, Mesir dipimpin oleh Raja Thutmose II yang memperistri Ratu Hatshepsut.

Thutmose II, menurut sejarah bukanlah sosok Fir’aun yang hebat, sebaliknya istrinya Hatshepsut yang banyak berperan penting bagi kemajuan kerajaan. Walaupun bukan merupakan sosok pemimpin yang dikatakan berpengaruh, Gardiner tetap meyakini Thutmose II merupakan kandidat terkuat fir’aun yang melakukan pengejaran terhadap Musa beserta kaum Bani Israel. Hal itu dikarenakan banyaknya kecocokan dengan studi sejarah yang ia lakukan.

Garnier juga menambahakan bahwa di pusara tempat berdiamnya mummi Thutmose II, hampir tidak ditemukan ornamen-ornamen dan benda-benda berharga 'semewah' pusara raja-raja Mesir kuno yang lainnya. Ada kesan bahwa raja ini tidak begitu disukai dan dihormati oleh rakyatnya, sehingga mereka tak peduli dengan kematian sang Raja. Selain itu, kematiannya yang mendadak juga menjadi salah satu alasannya.

Penelitian terhadap Mummi Thutmose II yang ditemukan di situs Deir el-Bahri pada tahun 1881 mengungkapkan bahwa terdapat banyak bekas cidera di tubuhnya, dan Mummi-nya ditemukan tidak dalam kondisi yang bagus. Hal ini mungkin menandakan Thutmose II mati secara tidak wajar. Apakah cidera di tubuhnya itu akibat hempasan kekuatan gelombang Laut Merah yang secara tiba-tiba tertutup kembali? Wallahu a’lam bish-shawabi.

Al-Quran sendiri mengisahkan detik-detik terakhir kehidupan Sang Fir’aun:
"Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah ia; ”Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. ( QS Yunus 90).

Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa Fir’aun mencoba memohon kepada Allah agar ia diselamatkan ketika air mengenggelamkan raganya. Namun sangatlah jelas bahwasannya tindakan Fir’aun hanyalah suatu kebohongan semata sebagai alasan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari maut.

Setelah sang Fir’aun tewas pada periode pemerintahannya yang tergolong singkat, besar kemungkinan jalannya roda pemerintahan diambil alih sementara oleh sang Ratu yang tak lain ialah Hatshepsut sebelum akhirnya Thutmose III naik tahta.

Jika benar Thutmose II merupakan Fir’aun yang dimaksud, ada suatu kemungkinan kronologi sejarahnya menjadi demikian:

  1. Musa dibesarkan dilingkungan kerajaan Mesir saat Thutmose I berkuasa, dan istri Thutmose I yang menemukan bayi Musa saat hanyut di Sungai Nil.
  2. Selang puluhan tahun setelah Musa melarikan diri dari tanah Mesir karena ancaman hukuman mati akibat peristiwa terbunuhnya seorang prajurit kerajaan olehnya, ia kembali untuk menyampaikan ajaran Allah kepada Fir’aun. Namun pada saat itu mungkin Thutmose I telah meninggal dan digantikan putranya Thutmose II.



Mengapa Thutmose II Diyakini Sebagai Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah Sedangkan Mummi-nya Sendiri Berhasil Ditemukan?

Pertanyaan diatas memang kerap ditanyakan. Mereka yang bertanya kebanyakan beranggapan bahwa Jasad Fir’aun tidak mungkin berhasil ditemukan apalagi dalam bentuk Mummi, sebab telah tenggelam di Laut Merah bersama bala tentaranya.

Bagi kawan-kawan muslim, Al-Quran mengisahkan kepada kita sebagai berikut:
Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).

Tentunya ayat diatas sudah cukup menjelaskan mengapa Allah dengan sengaja menyelamatkan jasad sang Fir’aun.

Sumber : http://inmystery.blogspot.com/2010/05/firaun-manakah-yang-tenggelam-di-laut.html

Mike tyson pun menangis di Tanah suci


Mantan juara dunia tinju kelas berat, Mike Tyson menangis ketika mengunjungi Masjid Al-Nabawi di Madina, Arab Saudi. Tyson juga melakukan umrah di Mekah, Minggu 4 Juli 2010.

Tyson menginjak Tanah Suci untuk kali pertama pada Jumat 2 Juli 2010. Pria 44 tahun ini langsung melakukan sejumlah kegiatan, termasuk melakukan ibadah di Masjid Al-Nabawi. Sebagaimana yang dilansir Saudi Gazette, Senin 5 Juli 2010, Tyson tinggal di hotel dekat Masjid Al-Nabawi dan mendapat sambutan luar biasa dari fans.

Mantan petinju yang dijuluki 'Si Leher Beton' ini mendapat pengawalan ketat saat melakukan shalat Dzuhur. Dan Tyson mengaku mendapat pengalaman spiritual luar biasa selama di Arab Saudi.

"Saya senang punya fans yang mencintai saya di sini (Arab Saudi). Tapi, saya berharap mereka meninggalkan saya sendiri untuk menikmati momen spiritual di Tanah Suci. Saya tidak kuasa menitikkan air mata ketika saya mengetahui
bahwa saya berada di salah satu taman surga," ujar Tyson ketika mengunjungi Masjid Al-Nabawi.

Tyson yang memeluk Islam ketika masih dipenjara pada pertengahan 1990an, kemudian mengganti pakaian dengan mengenakan ihram untuk melakukan umrah di Mekah.

Usai melakukan umrah di Mekah, mantan petinju yang punya nama Islam, Malik Abdul Aziz ini rencananya juga akan mengunjungi Jeddah, Abha dan Riyadh.

sumber: kaskus.us

Mesut Oezil sebelum bertanding baca Al-qur'an

Setelah ini Mesut Oezil hampir dipastikan menjadi salah satu pilar utama Jerman. Performanya memukau, memberi warna baru pada Der Panzer yang kian kosmopolitan.

Oezil menjadi bintang baru Jerman berkat permainannya yang baik dan konsisten di tiga pertamanya di babak Grup D. Dalam hal menyerang, gelandang Werder Bremen itu sudah melakukan enam tembakan, menghasilkan satu assist dan satu gol.

Ia berdiri di belakang duet penyerang Miroslav Klose-Lukas Podolski saat Jerman menggasak Australia 4-0, lalu sempat menjadi ujung tombak di babak kedua ketika timnya dikalahkan Serbia 0-1, setelah Klose diganjar kartu merah. Dan kebintangan Oezil bersinar sangat terang tatkala ia menjadi penentu kemenangan Jerman atas Ghana, sekaligus memastikan juara dunia tiga kali itu ke babak 16 besar.

Gol yang dibuat Oezil sangat indah. Dari depan kotak penalti, dengan kaki kiri, ia melepaskan tendangan "gantung" ke pojok kanan gawang Ghana, yang teramat sulit dijangkau kiper Richard Kingson.

"Aku tendang saja bolanya," ujarnya seusai pertandingan, seperti dikutip AP. "Aku dapat support besar dari rekan-rekan setim. Tak peduli siapa lawan kami nanti, kami harus tetap menang."

Oezil adalah salah satu pemain "keturunan" yang ada di skuad Jerman saat ini, seperti halnya Cacau (Brasil), Jerome Boateng (Ghana), Piotr Trochowski, Podolski dan Klose (Polandia), Dennis Aogo (Nigeria) dan Mario Gomez (Spanyol).

Ia berdarah Turki, dari keluarga muslim, dan dikenal memiliki kebiasaan membaca Al Quran setiap kali akan turun bertanding. Oezil lahir di Gelsenkirchen, merintis karir profesionalnya bersama Schalke, lalu pindah ke Bremen sejak dua tahun lalu, dan belakangan Arsene Wenger kabarnya mulai melirik gelandang serang yang baru berusia 21 tahun itu untuk diangkut ke Arsenal.

Pria dengan tinggi badan 182 ini melakoni debut internasionalnya di tim Jerman senior pada Februari 2009, dan mencetak gol pertama buat negaranya di pertandingan ketiganya, ke gawang Afrika Selatan pada laga persahabatan di bulan September di tahun yang sama.

"Akan sangat berat melawan Inggris," tukasnya kepada Telegraph, menyebut tim yang akan dihadapi Jerman di babak perdelapan final. "Mereka jelas-jelas lebih kuat dibanding Ghana. Tapi kalau kami mengerahkan kekuatan seperti yang kami lakukan malam ini, kami akan memenangi pertandingan itu juga." (a2s/nar)

wah,pantes jago gan,sebelum maen baca quran dulu.pemaen negara arab aja gw ragu ada yg kalo maen baca quran dulu.kali di Indonesia mesti dibudayakan ni biar timnas makin jago.

Sumber : http://beatyourdreams.multiply.com/journal/item/993/Mesut_Oezil_sebelum_bertanding_baca_Al-quran_

Rabu, 07 Juli 2010

"Menikmati" Kelakuan Orang Bodoh

Menyikapi orang bodoh tentu berbeda dengan menyikapi orang cerdas, orang cerdas ketika diperingatkan dari sesuatu tentu paham walaupun dengan isyarat, sedangkan orang bodoh kadang walaupun dengan beribu-ribu kata dia tetap tak paham, apalagi sekedar dengan isyarat.

Pernah suatu hari saya masbuk (tertinggal) dalam shalat jamaah. Ketika imam salam, tentu saja saya berdiri lagi untuk menyempurnakan rakaat shalat yang tersisa. Ketika sampai di duduk tahiyyat, tiba-tiba makmum yang ada disamping saya ingin lewat di depan saya. Saya halangi dengan tangan karena mengamalkan hadits nabi,“Jika salah seorang diantara kalian shalat, hendaklah shalat menghadap sutrah(pembatas,apakah itu orang, tembok,dan semisalnya) dan hendaklah mendekat padanya dan jangan biarkan seorangpun lewat antara dia dengan sutrah. Jika ada seseorang lewat di depannya maka perangilah karena dia adalah syaithan.” (HR. Ibnu Majah)

Tapi ajaibnya orang ini bukannya paham, ia malah terus berdiri memandangi saya, seolah-olah tak suka dengan apa yang saya perbuat. Karena saya tetap menghalanginya lewat depan saya, akhirnya ia pun tak jadi lewat di depan saya tapi lewat belakang saya sambil mendorong punggung saya! Aneh tapi nyata! Saya hanya husnuzhon mungkin orang ini jahil/bodoh terhadap hukum-hukum shalat, makanya ia tak paham ketika saya menghalanginya lewat di depan saya.

Selain itu termasuk dari karakteristik orang jahil/bodoh adalah emosinya mengalahkan logikanya. Saya dan teman saya atau mungkin kita semua yang sudah belajar ilmu syar'i/agama mungkin suatu ketika pernah menasehati atau mengingatkan orang bodoh akan kesalahannya. Tapi alih-alih menerima nasehat, eh malah emosi dan marah-marah, padahal kita sudah menasehatinya dengan cara yang baik dan lemah lembut, tapi memang itulah karakteristik orang bodoh, emosinya mengalahkan logikanya.

Kalau begitu apa sikap kita kepadanya? Emosi dan marah juga? Wah, kalau kita marah juga berarti kita dengan dia tak beda dong, sama-sama bodoh! Orang bodoh dengan segala tingkah lakunya yang kurang beradab memang kadang membuat kita jengkel, tapi kadang pula mengundang gelak tawa kita. Itulah "hiburan" kita, makanya anggap saja itu kesempatan untuk melatih diri kita agar menjadi orang yang bijak dan sabar. Lebih baik kita mencontoh saja apa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam menyikapi orang-orang bodoh.

Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, bahwasanya Anas Bin Malik radhiyallahu 'anhu pernah menyertai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam suatu perjalanan. Ditengah perjalanan, beliau berpapasan dengan seorang A'raby (arab gunung), tiba-tiba A'raby ini menarik samping baju Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan keras. Saking kerasnya tarikan A'rabi tadi sampai membekas di bahu beliau. Kemudian A'raby ini berkata, "Wahai Muhammad berikanlah aku harta Allah yang ada padamu!" Maka bagaimana sikap beliau? Marah dan memaki-maki A'raby tadi? Ternyata beliau tersenyum kemudian memerintahkan Anas untuk memberinya harta!

Mengapa beliau tidak marah dan membalas kelakuan A'raby yang kurang beradab tadi? Apakah beliau takut? Tentu tidak. Beliau orang yang paling berani dibandingkan sahabat-sahabatnya dan beliau juga tidak pernah takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Bisa saja beliau membalas, tapi demikianlah sikap beliau dalam menghadapi orang bodoh, yaitu memaafkan, sabar dan bijaksana tak mudah terbawa emosi.

Begitu pula para sahabat radhiyallahu 'anhum, mereka meneladani beliau dalam hal ini,di antaranya sahabat mulia Umar Bin Khaththab radhiyallahu anhu. Disebutkan dalam Shahih Bukhari pernah ada seseorang yang ingin menemui Umar radhiyallahu 'anhu, dan ketika itu Umar radhiyallahu 'anhu telah menjadi khalifah, maka beliaupun mengizinkannya. Tatkala sudah ada di hadapan Umar radhiyallahu 'anhu orang itu berkata, "Heh, Ibnul khaththab, demi Allah kamu tidak memberikan kepada kami pemberian yang banyak dan tidak pula adil dalam memberikan keputusan di antara kami!"

Perhatikan "kesopanan" orang ini, dia memanggil Umar Bin Khaththab dengan panggilan yang kurang beradab yaitu ibnul khattab, bukan dengan panggilan kehormatan, kemudian dia juga membentak-bentak beliau di depan orang-orang, padahal ketika itu beliau adalah seorang pemimpin atau kepala negara.

Lantas apakah beliau marah? Ya jelas marah, diperlakukan tak sopan seperti itu. Beliaupun ingin memukulnya, akan tetapi tatkala beliau hampir memukulnya, berkata sahabat beliau yaitu Al-Hur Bin Qais kepada beliau, "Wahai amirulmuminin (panggilan kehormatan untuk khalifah ketika itu), sesungguhnya Allah berkata kepada Nabi-Nya, 'Ambillah sikap maaf, perintahkanlah yang maruf dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.' (Al-A'raaf : 199) dan orang ini termasuk orang-orang bodoh."

Maka bagaimana sikap Umar radhiyallahu 'anhu? Beliaupun mengurungkan niatnya untuk memukul orang bodoh tadi setelah mendengar ayat itu. Subhanallah!

Demikianlah sikap orang-orang terbaik umat ini. Lantas bagaimana dengan kita? Siapkah kita meneladani mereka? Atau kita tetap marah, pusing dan stress memikirkan kelakuan "aneh" orang-orang bodoh? Kalau kita siap, mari kita "nikmati" saja kelakuan mereka, semoga Allah memberikan kepada kita pahala yang melimpah dari-Nya....

Sumber : http://www.eramuslim.com/oase-iman/anung-umar-menikmati-kelakuan-orang-bodoh.htm

Minggu, 27 Juni 2010

Dajjal

Dajjal adalah seorang manusia dari keturunan Yahudi. Dia bukan Jin atau apajua makhluk lain selain ia sebagai manusia yg ditangguhkan ajalnya “Minal Munzharin” seperti halnya Nabi Isa as yg di angkat oleh Allah swt ke atas langit dan ditangguhkan kematiannya sehingga beliau nantinya turun semula ke atas muka bumi ini lalu beliau akan mati dan di kuburkan di Madinah Al Munawwarah. Sama juga halnya dgn Iblis yg di tangguhkan kematiannya sehingga kiamat nanti.


Dajjal; ayahnya seorang yg tinggi dan gemuk. Hidungnya seperti Paruh burung. Sedangkan Ibunya pula seorang perempuan gemuk dan banyak dagingnya. MenurutImam Al Barzanji ada pendapat mengatakan bahawa asal keturunan bapanya ialah seorang Dukun Yahudi yg di kenali dgn “syaqq” manakala ibunya adalah dari bangsa Jin. Ia hidup di zaman Nabi Sulaiman as dan mempunyai hubungan dengan makhluk halus. Lalu oleh Nabi Sulaiman ia akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Walau bagaimanapun kelahiran dan kehidupan masa keciltidak diketahui dgn jelas.

Sifat Badannya:

Hadis Huzaifah r.a katanya: Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Dajjal ialah orang yang buta matanya sebelah kiri, lebat (panjang) rambutnya serta dia mempunyai Syurga dan Neraka. Nerakanya itu merupakan Syurga dan Syurganya pula ialah Neraka (Hadis Sahih Muslim)
Ada beberapa ciri perawakan Dajjal yg disebutkan dalam Hadis Rasulullahsaw, diantaranya:
Seorang yg kelihatannya masih muda; Berbadan Besar dan agak kemerah-merahan; Rambutnya kerinting dan tebal. Kelihatan dari belakang seolah-olah dahan kayu yg rimbun.

Dan tandanya yg paling ketara sekali ada dua:Pertama: Buta mata kirinya dan kelihatan seperti buah kismis yg kecut, manakala mata kanannya tertonjol keluar kehijau-hijauan berkelip-kelip laksana bintang. Jadi kedua-dua matanya adalah cacat.Kedua: Tertulis didahinya tulisan “Kafir (Kaf-Fa-Ra)”. Tulisan ini dapat dibaca oleh setiap org Islam, sama ada ia pandai membaca atau tidak. Mengikut hadis riwayat At-Thabrani, kedua-dua tanda ini menjelma dalam diri Dajjal setelah ia mengaku sebagai Tuhan. Adapun sebelum itu, kedua-dua tandayg terakhir ini belum ada pada dirinya.

Tempat Tinggalnya Sekarang:

Menurut riwayat yg sahih yg disebutkan dlm kitab “Shahih Muslim”, bahawa Dajjal itu sudah wujud sejak beberapa lama. Ia dirantai di sebuah pulau dan ditunggu oleh seekor binatang yg bernama “Al-Jassasah”. Terdapat hadis mengenainya.. (tetapi terlalu panjang utk ditulis.. anda boleh membaca terus dari buku). Daripada Hadis ini jelaslah bagi kita bahawa Dajjal itu telah ada dan ia menunggu masa yg diizinkan oleh Allah swt utk keluar menjelajah permukaan bumi ini dan tempat “transitnya” itu ialah disebelah Timur bukan di Barat.

Berapa lama ia akan hidup setelah kemunculannya:

Dajjal akan hidup setelah ia memulakan cabarannya kepada umat ini, selama empat puluh hari sahaja. Namun begitu, hari pertamanya adalah sama dgn setahun dan hari kedua sama dengan sebulan dan ketiga sama dengan satuminggu dan hari-hari baki lagi sama seperti hari-hari biasa. Jadi keseluruhan masa Dajjal membuat fitnah dan kerosakan itu ialah 14 bulan dan 14 hari. Dalam Hadis riwayat Muslim ada disebutkan:
Kami bertanya: “Wahai Rasulullah! Berapa lamakah ia akan tinggal di muka bumi ini? Nabi saw, menjawab: Ia akan tinggal selama empat puluh hari. Hari yg pertama seperti setahun dan hari berikutnya seperti sebulan dan hari ketiga seperti seminggu. Kemudian hari yg masih tinggal lagi (yaitu 37 hari) adalah sama seperti hari kamu yg biasa. Lalu kami bertanya lagi: Wahai Rasulullah saw! Di hari yg panjang seperti setahun itu, apakah cukup bagi kami hanya sembahyang sehari sahaja (iaitu 5 waktu sahaja). Nabi saw menjawab: Tidak cukup. Kamu mesti mengira hari itu dgn menentukan kadar yg bersesuaian bagi setiap sembahyang..”
Maksud Sabdaan Rasulullah saw, ini ialah supaya kita mengira jam yg berlalu pada hari itu. Bukan mengikut perjalanan matahari seperti biasanya kitalakukan. Misalnya sudah berlalu tujuh jam selepas sembahyang Subuh pada hariitu maka masuklah waktu sembahyang Zohor, maka hendaklah kita sembahyangZohor, dan apabila ia telah berlalu selepas sembahyang Zohor itu tiga jam setengah misalnya, maka masuklah waktu Asar, maka wajib kita sembahyang Asar Begitulah seterusnya waktu Sembahyang Maghrib, Isyak dan Subuh seterusnya hingga habis hari yg panjang itu sama panjangnya dgn masa satu tahun dan bilangan sembahyang pun pada sehari itu sebanyak bilangan sembahyang setahun yg kita lakukan. Begitu juga pada hari Kedua dan ketiga.

Fitnah Dajjal:

Dajjal telah diberi peluang oleh Allah swt utk menguji umat ini. Oleh kerana itu, Allah memberikan kepadanya beberapa kemampuan yg luar biasa. Di antara kemampuan Dajjal ialah:
- Segala kesenangan hidup akan ada bersama dengannya.

Benda-benda beku akan mematuhinya.Sebelum kedatangan Dajjal, dunia Islam akan diuji dahulu oleh Allah dgnkemarau panjang selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun pertama hujan akan kurang sepertiga dari biasa dan pada tahun kedua akan kurang 2/3 dari biasadan tahun ketiga hujan tidak akan turun langsung. Umat akan dilandakebuluran dan kekeringan. Di saat itu Dajjal akan muncul membawa ujian. Maka daerah mana yg percaya Dajjal itu Tuhan, ia akan berkata pada awan: Hujanlah kamu di daerah ini! Lalu hujan pun turunlah dan bumi menjadi subur. Begituj uga ekonomi, perdagangan akan menjadi makmur dan stabil pada org yg bersekutu dgn Dajjal. Manakala penduduk yg tidak mahu bersukutu dgn Dajjal..mereka akan tetap berada dlm kebuluran dan kesusahan.

Dan ada diriwayatkan penyokong Dajjal akan memiliki segunung roti (makanan) sedangkan org yg tidak percaya dengannya berada dalam kelaparan dan kebuluran.
Dalam hal ini, para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya:”Jadi apa yg dimakan oleh org Islam yg beriman pada hari itu wahai Rasulullah?”Nabi menjawab:”Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” H.R Ibnu Majah
- Ada bersamanya seumpamanya Syurga dan Neraka:

Di antara ujian Dajjal ialah kelihatan bersama dengannya seumpama syurga dan neraka dan juga sungai air dan sungai api. Dajjal akan menggunakan kedua-duanya ini untuk menguji iman org Islam kerana hakikat yg benar adalah sebalik dari apa yg kelihatan. Apa yg dikatakan Syurga itu sebenarnya Nerakadan apa yg dikatakannya Neraka itu adalah Syurga.
- Kepantasan perjalanan dan Negeri-Negeri yang tidak dapat dimasukinya:

Kepantasan yg dimaksudkan ini tidak ada pada kenderaan org dahulu. Kalauhari ini maka bolehlah kita mengatakan kepantasan itu seperti kepantasan jet-jet tempur yg digunakan oleh tentera udara atau lebih pantas lagidaripada kenderaan tersebut sehinggakan beribu-ribu kilometer dapat ditempuhdalam satu jam”… Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana kepantasan perjalanannya diatas muka bumi ini? Nabi menjawab:”Kepantasan perjalanannya adalah seperti kepantasan “Al Ghaist” (hujan atauawan) yang dipukul oleh angin yang kencang.” H.R Muslim
Namun demikian, Dajjal tetap tidak dapat memasuki dua Bandar suci umat Islam yaitu Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah.
- Bantuan Syaitan-Syaitan untuk memperkukuhkan kedudukannya:

Syaitan juga akan bertungkus-lumus membantu Dajjal. Bagi syaitan, inilah masa yg terbaik utk menyesatkan lebih ramai lagi anak cucu Adam a.s.

Sumber : http://beatyourdreams.multiply.com/journal/item/951/Siapakah_Dajjal_

Selasa, 22 Juni 2010

YANG MANA SATU??

Di suatu padang pasir yang panas terik, bermulalah perjalanan musafir seorang ayah dan anak lelakinya dengan seekor unta sebagai kenderaan mereka. Dengan hanya ada seekor unta, maka mereka terpaksa mengenderaainya secara bergilir.

Anak yang soleh itu pun mempersilakan ayahnya untuk naik ke atas unta mereka. “Wahai ayahku, naiklah dan biarkan aku yang berjalan kerana aku lebih muda dan bertenaga berbanding ayah.” Maka sang ayah pun naik dengan perasaan bangga terhadap kebaikan anaknya.

Perjalanan mereka diteruskan sehingga melalui sebuah perkampungan. Orang-orang di situ memandang mereka berdua dengan pandangan yang sangat pelik dan tidak puas hati.

“Ya syaikh, apa ini?! Kamu membiarkan anakmu yang berjalan sedangkan kamu enak-enak saja di atas unta itu,” kedengaran suara seseorang yang begitu tidak puas hati melihat situasi itu.

Si ayah merasa malu. Dengan perasaan serba salah, maka dia pun turun dari unta itu.
“Wahai anakku, sudah kau dengari bukan? Sekarang, naiklah dan biarkan aku yang berjalan kerana aku ini ayahmu yang sepatutnya melindungimu. Naiklah.” Si ayah bernada lembut.

Maka sang anak pun naik dengan perasaan yang terharu atas keprihatinan si ayah. Perjalanan mereka pun diteruskan sehinggalah mereka melalui sebuah lagi kampung yang lain. Ternyata, di kampung itu juga, mereka dipandang sinis dan pelik sekali lagi.

“Hai anak muda! Sungguh, perbuatanmu sangat-sangat tidak bermaruah dan zalim. Apakah kau tidak kasihan akan ayahmu yang sudah tua itu, berjalan kaki sedangkan tubuhmu yang muda dan segar itu ditampung oleh unta ini?”

Si anak jadi sedih mendengar herdikan itu lalu ia pun turun dengan penuh rasa simpati. Nah, jadi…yang mana satu ini? Mana yang seharusnya diambil? Waduh, bikin pening ni! Akhirnya, sang ayah dan anak pun sama-sama berjalan kaki kerana tidak tahu yang mana satu harus mereka ikuti.

Perjalanan pun diteruskan sehinggalah mereka melalui satu lagi kampung yang lain. Nah lagi, orang-orang di situ tersenyum-senyum sinis dengan lirikan mata yang mengejek.

“Wahai si tua dan anak muda, apakah kamu berdua ini tidak punya otak? Atau kamu berdua ini sakit? Kamu kan punya unta sebagai kenderaan. Mengapa tidak dinaiki?”

Sang ayah dan si anak lalu berpandangan sesama mereka dalam kebingungan.

NB:
Saat keduanya kebingungan, maka mereka pun menaiki unta tersebut dengan bersamaan. Di jalan ada sekelompok orang yang sedang melakukan perjalanan, dan di sapalah ayah dan anak ini. "Hai, mengapa kalian ini begitu tega dengan unta yang kalian tunggangi, lihat unta itu sungguh terlihat lelah dia, kalian malah menungganginya bersamaan."


Begitulah saudaraku sekalian,
Kita tidak akan dapat memuaskan hati setiap orang. Dalam mencari yang mana lebih sesuai itu sulit sekali. Begitu juga dengan amal. Untuk melakukan kebaikan itu pasti akan ada orang yang mengata dan tidak berpuas hati dengan kita. Namun ingatlah, jika kau melakukan sesuatu kerana selain Allah, itu syirik. Dan jika kau meninggalkan sesuatu kebaikan kerana manusia, itulah riak kepada Allah. Maka, lakukanlah segala sesuatu itu hanya kerana Allah. Lakukanlah hanya kerana mengharapkan ridho Allah dan untuk mendapatkan pahala dari Allah. Dan itulah keikhlasan sebenar.

Bila ada orang mengatamu, maka kau harus senyum dan ceria selalu. Kerana apa? Kerana kita rupanya sedang mengambil pahala dari orang tersebut. Jadi, kenapa harus sedih? Betul?

Jadilah kamu tentera fikrah dan akidah tapi janganlah jadi tentera manfaat dan maslahat. Semoga setiap amal kita terhias rasa ikhlas tanpa ada yang menjadi dasarnya melainkan Allah. Wallahu’alam.


Sumber : http://night16.multiply.com/journal/item/245/YANG_MANA_SATU

Cara Menggauli Istri Di Malam Pertama Secara Islam

Sebagian dari para pasangan yang baru menikah tidak mengetahui bagaimana memaksimalkan malam pertama mereka. Asal main terjang dan terobos adalah aktivitas utama. Al hasil banyak loyonya ketimbang puasnya. Malam pertama bukan melulu berhubungan badan. Lebih jauh lagi menyatukan emosi dan perasaan antara dua insan. Oleh karena itu hendaknya dilakukan dengan benar. Lantas Bagaimana menggauli istri yang benar? Adab dan tata cara menggauli istri yang benar adalah seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.


Islam adalah agama yang lengkap yang mana ajrannya meliputi semua aspek kehidupan tak terkecuali pernikahan. Berbicara pernikahan tak akan lepas dari malam pertama. Malam pengantin bagi pasangan suami istri hendaklah penuh dengan suasana kelembutan, kasih sayang dan kesenangan. Malam yang menghubungkan suami dengan istrinya dengan tali kasih sayang dan cinta dan dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan serta menjadikan istrinya merasa tenang dengannya.
Berikut beberapa adab yang disebutkan didalam warisan kita untuk membentuk kehidupan baru, semoga bermanfaat :

1.Kebenaran niat
Hendaklah niat suami istri untuk menikah adalah untuk menjaga kehormatannya, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Tiga orang yang memiliki hak atas Allah menolong mereka : seorang yang berjihad di jalan Allah, seorang budak (berada didalam perjanjian antara dirinya dengan tuannya) yang menginginkan penunaian dan seorang menikah yang ingin menjaga kehormatannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari hadits Abu Hurairoh)

2. Berhias dan mempercantik diri.
Hendaknya seorang istri mempercantik dirinya dengan apa-apa yang dibolehkan Allah swt. Pada dasarnya hal ini dibolehkan kecuali terhadap apa-apa yang diharamkan oleh dalil seperti mencabuti alis dan bulu diantara keduanya atau mengeroknya, menyambung rambut dengan rambut lain, mentato, mengikir gigi agar lebih cantik. Diharamkan baginya juga mengenakan pakaian yang diharamkan baik pada malam pengantin maupun di luar malam itu. Diperbolehkan baginya menghiasi dirinya dengan emas dan perak sebagaimana biasa dikenakan kaum wanita.
Begitu juga dengan si suami hendaknya memperhias dirinya untuk istrinya karena hal ini merupakan bagian dari menggaulinya dengan cara yang baik. Firman Allah swt :
yang artinya : “Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.” (QS. Al Baqoroh : 228)
Namun demikian hendaknya upaya menghias diri ini tetap didalam batasan-batasan yang dibenarkan. Tidak dibolehkan baginya mengenakan cincin emas kecuali perak. Tidak dibolehkan baginya mencukur jenggot, memanjangkan pakaiannya hingga ke tanah, mengenakan sutera kecuali tehadap apa-apa yang dikecualikan syariat.

3. Lemah lembut terhadap istrinya saat menggaulinya
Diriwayatkan oleh Ahmad didalam al Musnad dari Asma binti Yazid bin as Sakan berkata,”Aku pernah merias Aisyah untuk Rasulullah saw lalu aku mendatangi beliau saw dan mengajaknya untuk melihat kecantikan Aisyah. Beliau saw pun mendatanginya dengan membawa segelas susu lalu beliau meminumnya dan memberikannya kepada Aisyah maka Aisyah pun menundukkan kepalanya karena malu. Asma berkata,”Maka aku menegurnya.” Dan aku katakan kepadanya,”Ambillah (minuman itu) dari tangan Nabi saw.” Asma berkata,”Maka Aisyah pun mengambilnya lalu meminumnya sedikit.”

4. Mendoakan istrinya.
Hendaklah suami meletakkan tangannya di kening istrinya dan mengatakan seperti yang disabdakan Rasulullah saw,”Apabila seorang dari kalian menikah dengan seorang wanita atau membeli seorang pembantu maka hendaklah memegang keningnya lalu menyebut nama Allah azza wa jalla dan berdoa memohon keberkahan dengan mengatakan : Allahumma Innii Asaluka Min Khoiriha wa Khoiri Ma Jabaltaha Alaihi. Wa Audzu bika Min Syarri wa Syarri Ma Jabaltaha Alaih—Wahai Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang Engkau berikan kepadanya serta Aku berlindung kepada-Mu daripada keburukannya dan keburukan yang Engkau berikan kepadanya..”

5. Melaksanakan shalat dua rakaat
Diriwayatkan Ibnu Syaibah dari Ibnu Masud, dia mengatakan kepada Abi Huraiz,”Perintahkan dia untuk shalat dua rakaat dibelakang (suaminya) dan berdoa,”Allahumma Barik Lii fii Ahlii dan Barik Lahum fii. Allahummajma’ Bainanaa Ma Jama’ta bi Khoirin wa Farriq Bainana idza Farroqta bi Khoirin—Wahai Allah berkahilah aku didalam keluargaku dan berkahilah mereka didalam diriku. Wahai Allah satukanlah kami dengan kebaikan dan pisahkanlah kami jika Engkau menghendaki (kami) berpisah dengan kebaikan pula.”

6. Apa yang dikatakan ketika melakukan jima’ atau saat menggauli istrinya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda,”Apabila seorang dari kalian mendatangi istrinya maka hendaklah dia berdoa,”Allahumma Jannibna asy Syaithon wa Jannib asy Syaithon Ma Rozaqtana—Wahai Allah jauhilah kami dari setan dan jauhilah setan dari apa-apa yang Engkau rezekikan kepada kami—sesungguhnya Allah Maha Mampu memberikan buat mereka berdua seorang anak yang tidak bisa dicelakai setan selamanya.

7. Diharamkan baginya menyiarkan hal-hal yang rahasia diantara suami istri
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Asma binti Yazid yang saat itu duduk dekat Rasulullah saw bersama dengan kaum laki-laki dan wanita lalu beliau saw bersabda,”Bisa jadi seorang laki-laki menceritakan apa yang dilakukannya dengan istrinya dan bisa jadi seorang istri menceritakan apa yang dilakukannya dengan suaminya.” Maka mereka pun terdiam. Lalu aku bertanya,”Demi Allah wahai Rasulullah sesungguhnya kaum wanita melakukan hal itu begitu juga dengan kaum laki-laki mereka pun melakukannya.” Beliau saw bersabda,”Janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya hal itu bagaikan setan laki-laki berhubungan dengan setan perempuan di jalan lalu (setan laki-laki) menutupi (setan perempuan) sementara orang-orang menyaksikannya.”

8. Berwudhu diantara dua jima’ meskipun mandi adalah lebih utama
Apabila seorang laki-laki menggauli istrinya lalu dia ingin kembali mengulanginya maka yang paling utama baginya adalah berwudhu sehingga dapat mengembalikan tenaganya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Said al Khudriy berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Apabila seorang dari kalian menggauli istrinya kemudia dia ingin mengulanginya lagi maka berwudhulah diantara kedua (jima) itu.”
Didalam sebuah riwayat,”Seperti wudhu hendak shalat.” (HR. Muslim) Abu Naim menambahkan,”Sesungguhnya hal itu akan mengembalikan tenagannya.”
Mandi lebih utama, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Rafi’ bahwa Nabi saw mengelilingi para istrinya dan mandi ketika (hendak menggauli) istri yang ini dan juga dengan yang istri ini. dia berkata,”Aku bertanya kepadanya,’Wahai Rasulullah apakah tidak cukup hanya dengan sekali mandi?’ beliau saw menjawab,”Ini lebih suci. Lebih wangi dan lebih bersih.”

9. Mandi berduaan
Dibolehkan bagi suami istri untuk mandi secara bersama-sama dalam satu wadah, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Aisyah berkata,”Aku mandi bersama Rasulullah saw dari satu wadah antara diriku dengan dirinya. Tangan kami saling bergantian berebutan sehingga aku mengatakan,”tinggalkan (sedikit air) buatku, tinggalkan buatku.” Dia berkata,”Mereka berdua dalam keadaan junub.”
Dari hadits diatas maka diperbolehkan keduanya telanjang dan saling melihat aurat satu dengan yang lainnya.
Didalam hdits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Muawiyah bin Haidah berkata,”Aku berkata,’Wahai Rasulullah. Apa yang dibolehkan dan dilarang dari aurat kami?’ beliau menjawab,”Jagalah auratmu kecuali terhadap istri atau budakmu.” Maka dibolehkan bagi salah seorang dari pasangan suami istri untuk melihat seluruh badan pasangannya dan menyentuhnya hingga kemaluannya berdasarkan hadits ini, karena kemaluan adalah tempat kenikmatan maka dibolehkan melihat dan menyentuhnya seperti bagian tubuh lainnya.

10. Bersenda gurau dengan istri
Dibolehkan bersenda gurau dan bermain-main dengan istrinya di tempat tidur, sebagaimana sabdanya saw,”… Mengapa bukan dengan gadis maka engkau bisa bermain-main dengannya dan dia bisa bermain-main denganmu.” (HR. Bukhori dan Muslim) dan didalam riwayat Muslim,”Engkau bisa bahagia dengannya dan dia bisa bahagia denganmu.”
Diantara senda gurau dan mempergaulinya dengan baik adalah ciuman suami walaupun bukan untuk jima’. Rasulullah saw mencium dan menyentuh istri-istrinya meskipun mereka dalam keadaan haidh atau beliau mencium dan menyentuhnya meski beliau sedang dalam keadaan puasa.
Sebagaimana terdapat didalam ash Shahihain dan lainnya dari Aisyah dan Maimunah bahkan juga diriwyatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Aisyah berkata,”Nabi saw mencium sebagian istri-istrinya kemudian beliau keluar menuju shalat dan tidak berwudhu lagi.” Ini sebagai dalil bahwa mencium istri tidaklah membatalkan wudhu.

11. Dibolehkan ‘Azl
Dibolehkan bagi seorang suami untuk melakukan ‘azl yaitu mengeluarkan air maninya di luar kemaluan istrinya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Jabir bin Abdullah berkata,”Kami melakukan ‘azl sementara al Qur’an masih turun.” Didalam sebuah riwayat,”Kami melakukan ‘azl pada masa Rasulullah saw dan hal ini sampai kepada Nabi saw dan beliau saw tidaklah melarangnya.”
Meskipun demikian yang paling utama adalah meninggalkan ‘azl karena hal itu dapat mengurangi kenikmatan baginya dan bagi istrinya dan karena hal itu juga dapat menghilangkan tujuan dari pernikahan yaitu memperbanyak keturunan umat ini, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Nikahilah oleh kalian (wanita-wanita) yang dapat mendatangkan anak lagi mendatangkan kasih sayang. Sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya (jumlah) kalian dihadapan semua umat pada hari kiamat.”
Akan tetapi tidak diperbolehkan bagi seorang muslim melakukan ‘azl selamanya karena dapat membatasi dan mencegah keturunan…..

12. Mengunjungi kerabat pada pagi harinya
Dianjurkan baginya pada pagi harinya untuk mengunjungi kaum kerabatnya yang telah memenuhi undangannya.. berdasarkan hadits Anas berkata,”Rasulullah saw mengadakan pesta saat menikah dengan Zainab. Kaum muslimin dikenyangkan dengan roti dan daging. Kemudian beliau saw keluar menemui ibu-ibu kaum mukminin (istri-istrinya saw) dan mengucapkan salam kepada mereka, mendoakan mereka dan mereka pun menyambut salamnya dan mendoakannya, beliau lakukan itu pada pagi hari setelah malam pengantinnya.